Untuk Mendownload File dalam bentuk .doc (microsoft word) silahkan klik link ini
KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Dosen Pengampu : Ruslan, S.Pd
, M.Ed
Oleh:
Siti
Fadhillah 1204108010011
Zati Hulwani 1204108010045
Syarifah
Rahmi Safirah 1204108010087
Tugas
Kelompok
Diajukan guna memenuhi
syarat Ujian Tengah Semester
Mata
Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
PROGRAM STUDI
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH
KUALA
BANDA ACEH
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dnegan judul “. Makalah
ini diajukan sebagai syarat untuk melengkapi tugas-tugas.
Dalam penulisan laporan ini
penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada Bapak Ruslan,S.Pd, M.Ed yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis
berharap penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga
bagi para pembaca. Dengan disusunnya laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan
belajar untuk pengembangan ilmu, serta menjadi inspirasi untuk menciptakan
karya yang lebih baik lagi kedepannya.
Banda Aceh, Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
1. BAB
I PENDAHULUAN................................................................................. ..... 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2
Perumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
1.4
Manfaat penulisan........................................................................................... 3
1.5
Batasan Penulisan............................................................................................ 3
1.6
Metode Penulisan............................................................................................ 3
2. BAB
II PEMBAHASAN................................................................................... ..... 5
2.1
Kelompok Sosial............................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian............................................................................................... 6
2.1.2 Proses
Pembentukan Kelompok Sosial.................................................. 7
2.1.3 Klasifikasi
Kelompok Sosial.................................................................. 7
2.2
Masyarakat Multikultural................................................................................ 17
2.2.1 Pengertian............................................................................................... 17
2.2.2 Citi-ciri
Masyarakat Multikultural.......................................................... 19
2.2.3 Multikultural
di Indonesia...................................................................... 20
2.2.4 Faktor-faktor Penyebab timbulnya Masyarakat Multikultural.............. 20
2.3
Dinamika Kelompok Sosial............................................................................. 22
2.4
Perkembangan Kelompok
Sosial dalam Masyarakat Multikultural................. 24
2.5
Keanekaragaman Kelompok
Sosial dalam Masyarakat Multikultural............. 29
2.5.1
Kelompok Masyarakat
Indonesia berdasarkan Kehidupan Sosial dan Budayanya ........................................................................................................... 30
2.5.2 Kelompok
Masyarakat Indonesia berdasarkan Etnis, Agama, dan Stratifikasi Sosial ........................................................................................................... 30
2.6
Masalah-masalah yang
Timbul Akibat Keanekaragaman................................ 31
2.6.1
Kesenjangan
Multidimensional............................................................. 31
2.6.2 Konflik
Antaretnis dan Antarpemeluk Agama yang Berbeda.............. 32
2.7
Alternatif Pemecahan
Berbagai Masalah Akibat Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Multikultural................................................................................ 32
2.7.1
Alternatif Pemecahan
Berbagai Masalah Konflik Antaretnis dan Antarpemeluk Agama............................................................................................................... 32
2.7.2
Alternaatif Pemecahan
Masalah Proses Integrasi yang Bersifat Terpaksa 32
2.7.3
Alternatif Pemecahan
Masalah Kesenjangan Aaspek Kemasyarakatan 32
2.7.4
Alternatif Pemecahan
Maslaah Kesenjangan yang Berkaitan dengan Aspek Material ........................................................................................................... 33
2.7.5
Alternatif Pemecahan
Masalah Kesenjangan Mayoritas dan Minoritas 33
2.7.6
Perlunya Pendidikan
Multikultural........................................................ 33
2.7.7 Kepercayaan
dan Toleransi.................................................................... 33
3. BAB
V PENUTUP............................................................................................. ..... 36
5.1 Kesimpulan......................................................................................................... 36
5.2 Saran................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 37
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia
pada dasarnya dilahirkan seorang diri, namun demikian mengapa kita harus hidup
bermasyarakat? Seperti kita ketahui bersama bahwa manusia tidak mungkin hidup
tanpa orang lain. Ia akan selalu berhubungan dengan orang lain. Masyarakat
memiliki unsur-unsur sosial seperti kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga
sosial, kebudayaan, kekuasaan, dan stratifikasi. Unsur-unsur sosial dalam
masyarakat senantiasa berkembang dan berubah. Masing-masing unsur tersebut
sifat dan perkembangannya berbeda-beda karena mengalami perubahan akibat
pengaruh lingkungan. Dinamika ini terjadi karena manusia sebagai makhluk sosial
saling berinteraksi antara satu individu dengan individu yang lain. Interaksi
tersebut akan menimbulkan perubahan sosial budaya.
Bentuk
hubungan tersebut salah satunya terwujud dalam kelompok-kelompok sosial. Kelompok-kelompok
sosial tersebut selain sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan manusia juga
merupakan komunitas yang dapat menjadi identitas seorang individu atau
sekelompok manusia. Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam kelompok
sosial dengan berbagai latar belakang, corak, dan kepentingan. Keberagaman
kelompok tersebut sebagai akibat dari kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Misalnya kelompok suku bangsa, ras, etnik, agama, profesi, dan
lain-lain. Kelompok-kelompok tersebut juga terbagi menjadi kelompok yang paling
kecil, seperti keluarga, teman sepermainan, sampai pada negara, dan lain-lain.
1.2 Perumusan
Masalah
Dari
gambaran diatas terdapat beberapa masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apa
yang dimaksud dengan kelompok sosial?
b. Apa
yang dimaksud dengan masyarakat multikultural?
c. Apa
sajakah ciri-ciri masyarakat multikultural?
d. Apa
sajakah faktor-faktor penyebab timbulnya masyarakat multikultural?
e. Bagaimanakah
keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?
f. Bagaimanakah
perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?
g. Apa
sajakah permasalahan yang timbul akibat keanekaragaman kelompok sosial dalam
masyarakat multikultural?
h. Apa
sajakah alternatif yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan akibat
keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
pengertian dari kelompok sosial dan masyarakat multikultural serta mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhinya. Selain itu tujuan lainnya adalah unrtuk
mengetahui kenekaragaman kelompok sosial perkembangan serta permasalahan yang
timbul dari kelompok sosial didalam masyarakat multikultural dan alternatif
pemecahan masalah.
1.3.1
Tujuan Khusus
Adapun
tujuan khusus penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.
Dapat mengetahui
pengertian kelompok sosial.
b.
Dapat mengetahui tentang
masyarakat multikultural.
c.
Mengetahui faktor-faktor
penyebab timbulnya masyarakat multikultural.
d.
Mengidentifikasi berbagai
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
e.
Menganalisis perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
f.
Menganalisis dampak
konflik sosial dalam masyarakat multikultural.
g.
Menganalisis penyebab
keanekaragaman masyarakat multikultural.
h.
Mengetahui alternatif
yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan akibat keanekaragaman kelompok
sosial dalam masyarakat multikultural.
1.4 Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat penulisan
ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa
akan mampu memahami pengertian kelompok sosial yang ada di masyarakat dan
perkembangan serta keanekaragaman kelompok sosial.
b. Mahasiswa
mampu memahami masalah-masalah yang timbul akibat keanekaragaman kelompok
sosial dalam masyarakat multikultural.
c. Mahasiswa
mengetahui alternatif pemecahan berbagai masalah akibat keanekaragaman kelompok
sosial dalam masyarakat multikultural.
1.5 Metode
Penulisan
Dalam
proses penulisan makalah ini, penulis
menggunakan data dengan teknik studi literatur, yaitu mengumpulkan data dengan
membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur–literatur, seperti jurnal,
dan buku, yang berkaitan dengan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kelompok
Sosial
Manusia
adalah makhluk sosial, oleh karena itu manusia berusaha untuk hidup bersama. Sebagai
makhluk sosial, tiap-tiap individu harus melakukan interaksi sosial hal ini
untuk mendorong perkembangan hidup manusia. Pertemuan antarindividu yang menghasilkan
kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak,
komunikasi, kerja sama, akomodasi,asimilasi, dan akulturasi untuk mencapai
tujuan bersama, bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian, dan konflik.
Dengandemikian, interaksi merupakan syarat utama yang harus dipenuhi agar
terbentuk kelompok sosial. Gejala pembentukan kelompok sosial ini sangat
menarik untuk dikaji. Ada kecenderungan pembentukan kelompok atas dasar
tertentu sepertitujuan, hubungan sosial, sifat, dan sebagainya. Menurut Soerjono Soekanto (115 ; 2005) suatu himpunan manusia
dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Setiap
anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang
bersangkutan,
b. Ada
hubungan timbal balik antaranggota,
c. Ada
suatu faktor yang dimiliki bersama seperti nasib, kepentingan, tujuan, ideologi
politik, dan lain-lain.
d. Berstruktur,
berkaidah, dan mempunyai pola perilaku, dan
e. bersistem
dan berproses.
Sedangkan
menurut Robert K. Merton, terdapat tiga kriteria
suatu kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Kelompok
ditandai oleh sering terjadinya interaksi.
b. Pihak
yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok.
c. Pihak
yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.
Kelompok
sosial bisa terjadi secara alami atau bisa pula dengan sengaja dibuat. Hal ini
dikarenakan organisasi sosial ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut
penjelasan lebih mendalam mengenai kelompok sosial.
2.1.1
Pengertian
Berikut
beberapa pengertian tentang kelompok sosial menurut para ahli yaitu:
a. Astrid
Soesanto (tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah
kesatuan dari dua atau lebih individu yang mengalami interaksi psikologis satu
sama lain.
b. Robert
K. Merton (tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah
sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah
mapan.
c. Hendropuspito
(tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah
suatu kumpulan yang nyata, teratur, dan tetap dari orang-orang yang
melaksanakan peranannya yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang sama.
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur.
d. Soerjono
Soekanto (tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah
himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, antaranggotanya saling
berhubungan, saling memengaruhi dan memiliki kesadaran untuk saling menolong.
e. Bierens
de Haan (tahun, halaman)
Kelompok sosial bukan
merupakan jumlah anggotanya saja, melainkan suatu kenyataan yang ditentukan
oleh datang dan pergi anggota-anggotanya. Kenyataan kelompok ditentukan oleh
nilai-nilai yang dihadapi bersama oleh fungsi kelompok sebagaimana disadari oleh
anggotanya.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial adalah
kumpulan anggota kelompok/orang yang saling berinteraksi antara sesama secara
tetap dan teratur, dan tentunya memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya
(sifat kebersamaan). Tidak semua orang yang berkumpul merupakan kelompok
sosial. Mungkin saja berkumpulnya orang tersebut karena adanya rangsang
tertentu dan bukan atas kesadaran jenis. Contohnya orang-orang yang sedang
membeli karcis kereta api, orang yang sedang naik bis, orang yang sedang
menonton sepak bola, dan sebagainya. Mereka sebenarnya juga merupakan kelompok,
tetapi bersifat semu, dan tidak permanen.
2.1.2
Proses Pembentukan
Kelompok Sosial
Proses pembentukan kelompok sosial disebabkan karena manusia
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Faktor
pembentukan kelompok sosial ini dapat dilihat dari faktor-faktor pendorong
timbulnya dan dasar pembentukannya, berikut penjelasannya. (KATA SIAPA?)
a. Faktor-faktor
Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial (SUMBER)
·
Dorongan untuk
mempertahankan hidup
·
Dorongan untuk meneruskan
keturunan
·
Dorongan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
b. Dasar
Pembentukan Kelompok Sosial
·
Kesatuan Genealogis atau
Faktor Keturunan
·
Kesatuan Religius
·
Kesatuan Teritorial (Community)
·
Kesatuan Kepentingan (Asosiasi)
2.1.3
Klasifikasi Kelompok
Sosial
Konsep
kelompok mempunyai berbagai makna. Di kalangan ahli sosiologi dijumpai berbagai
usaha untuk mengklasifikasikan jenis kelompok. Salah satu di antaranya yaitu
Robert Bierstedt. Bierstedt (tahun, hal) menggunakan
tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu ada-tidaknya organisasi
(formal), hubungan sosial di antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis.
Bierstedt membedakan empat jenis kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Kelompok
statistik (statistical group)
merupakan kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut. Kelompok statistik
hanya ada dalam arti analisis dan merupakan ciptaan para ilmuwan sosial.
Contohnya, pengelompokan penduduk berdasarkan usia, tingkat pendidikan, mata
pencaharian, dan sebagainya.
b. Kelompok
kemasyarakatan (societal group)
merupakan kelompok yang hanya memiliki satu kriteria, yaitu kesadaran akan
adanya persamaan di antara anggotanya. Di dalam kelompok ini belum ada kontak
dan komunikasi antaranggota kelompok, juga belum ada pengorganisasian.
Contohnya, kelompok berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),
kelompok orang-orang miskin dan kaya, dan sebagainya.
c. Kelompok
sosial (social group) merupakan
kelompok yang memiliki dua kriteria yaitu kesadaran jenis dan antaranggota saling
berhubungan, tetapi belum ada pengorganisasian. Contohnya, kelompok teman,
kelompok kerabat, dan kelompok-kelompok pada masyarakat tradisional seperti
kesenian, olahraga, keagamaan atau majelis ta’lim.
d. Kelompok
asosiasi (associational group) dalam
kelompok ini para anggotanya memiliki kesadaran jenis, yaitu dijumpainya persamaan
kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Selain itu, para anggota
asosiasi saling berhubungan melalui kontak dan komunikasi akibat adanya ikatan
organisasi formal. Contohnya, sekolah, organisasi politik, Persatuan Guru
Republik Indonesia, ikatan alumni suatu sekolah atau perguruan tinggi.
Didasarkan pada faktor-faktor yang
melatarbelakanginya, kelompok-kelompok di masyarakat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a.
Didasarkan
Atas Kepentingan Bersama TanpaPengorganisasian (Kelompok Tidak Teratur)
Kelompok manusia yang
dalam mekanismenya tanpa pengorganisasian atau kelompok sosial tidak teratur
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu sebagai berikut: (KATA SIAPA, SUMBER)
1)
Kerumunan Sosial
Kerumunan
sosial atau social aggregate (agregasi)
adalah sekumpulan orang yang berada di suatu tempat, akan tetapi di antara
mereka tidak berhubungan secara tetap. Pengelompokan manusia seperti itu disebut
juga kolektivitas, yaitu kumpulan manusia pada suatu tempat dan suatu waktu
yang sifatnya sementara. Suatu kelompok manusia disebut kerumunan apabila mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
·
Orang-orang dalam suatu
kerumunan sosial tidak saling mengenal.
·
Kehadiran orang-orang di
tempat berkumpul hanya bersifat fisik atau tidak ada kontak batin.
·
Motivasi berkumpul
disebabkan adanya sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum dan terjadi secara
kebetulan.
·
Antara individu yang satu
dan individu lainnya tidak terorganisasi.
·
Interaksi antarindividu bersifat
spontan, tidak terduga, sangat lemah, dan singkat.
·
Orang-orang yang hadir
dan berkumpul mempunyai kedudukan sosial yang sama (tidak berstruktur) walaupun
berasal dari status sosial yang berbeda.
·
Setiap orang bebas masuk
atau keluar dari tempat kerumunan.
·
Kerumunan terwujud pada
tempat tertentu dan hanya untuk sementara.
·
Orang dalam kerumunan
identitas pribadinya hilang karena pengaruh kumulatif atau sengaja
menghilangkan identitas pribadinya untuk menyembunyikan status sosial yang
sebenarnya.
Bentuk
kerumunan yang dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat, yaitu sebagai
berikut:
a) Kerumunan
yang berartikulasi dengan struktur sosial
b) Kerumunan
yang bersifat sementara (casual crowd)
c) Kerumunan
yang berlawanan dengan norma hukum (lawless crowds)
d) Kerumunan
pasif (crowd)
e) Manifestasi
umum (demonstration) atau unjuk rasa
f) Kerumunan
berdasarkan tempat tinggal (residential aggregate)
g) Kerumunan
fungsional (functional aggregate)
2)
Publik (sumber
!)
Publik
merupakan kelompok yang bukan merupakan kesatuan. Interaksi berlangsung melalui
alat-alat komunikasi dan tidak langgeng. Contohnya, pembicaraan pribadi yang
berantai, desas-desus atau gosip, surat kabar, radio, televisi, film, dan
sebagainya. Dengan alat-alat penghubung seperti ini mungkin publik mempunyai pengikut
yang luas dan berjumlah besar. Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan
individual, misalnya pemungutan suara dalam pemilihan umum.
3)
Massa (sumber !)
Massa
diartikan sebagai keseluruhan dari kerumunan sosial. Pengertian massa timbul
sejalan dengan perkembangan masyarakat yang mengarah pada pola kehidupan
modern. Oleh karena itu, pengertian massa menjadi ciri khas masyarakat modern
yang pada umumnya bertempat tinggal di perkotaan. Ciri massa yang menonjol
adalah suatu kumpulan orang yang heterogen sehingga identitasnya sulit
diketahui. Keanekaragaman massa tampak dari diferensiasi status sosial, taraf
hidup, pendidikan, keturunan, pekerjaan, dan agama.
b.
Didasarkan
Atas Kepentingan Bersamadengan Pengorganisasian (Kelompok Teratur)
Kelompok manusia yang
dalam mekanismenya berlangsung secara terorganisasi atau dengan
pengorganisasian.
1)
Kelompok Dasar (Basic Group)
Kelompok
dasar adalah kelompok yang dibentuk secara spontan dari bawah untuk melindungi
anggota-anggotanya terhadap tekanan negatif dari masyarakat besar dan sekaligus
berfungsi sebagai sumber kegiatan bagi pembaruan masyarakat besar (induk) itu
sendiri. Suatu kesatuan manusia dikategorikan sebagai kelompok dasar apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: (sumber !)
·
Kelompok dasar pada umumnya
merupakan kelompok yang relatif kecil dan terdiri atas orang-orang yang tidak
puas terhadap masyarakat sekitarnya.
·
Kelompok dasar dibentuk dari
bawah secara spontan, tidak didasarkan atas perintah atau desakan unsur
pimpinan masyarakat yang sedang memegang kekuasaan. Sering pembentukan kelompok
dasar tidak direstui pemerintah karena bertentangan dengan kehendak pemerintah.
·
Kelompok dasar dibentuk
khusus guna melindungi anggota kelompoknya dan secara umum melindungi
masyarakat luas dari tekanan anonim unsur kekuasaan yang merugikan lapisan bawah.
·
Kelompok dasar dapat
berfungsi sebagai pembaharu masyarakat besar (masyarakat politik atau negara
dan masyarakat agama) yang dirasa telah kehilangan vitalitasnya dalam
menjalankan fungsi-fungsi sosialnya.
Contoh
kelompok dasar yang terdapat di masyarakat di antaranya kelompok yang
berlandaskan agama. Kelompok agama muncul karena unsur-unsur penting telah
kehilangan fungsinya bagi masyarakat.
2)
Kelompok Besar (Big Group) dan Kelompok Kecil (Small Group)
Besar
kecilnya suatu kelompok ditentukan oleh kriteria tugas-tugas sosial dan jumlah
anggotanya. Suatu kelompok disebut besar apabila bobot tugas yang ditangani
atau tugas-tugas sosial yang dilaksanakannya penting dan universal. Tugas-tugas
tersebut mencakup pemenuhan kebutuhan dasar guna mempertahankan kehidupan
masyarakat. Kelompok besar adalah kelompok yang memiliki jumlah anggota relatif
besar dan biasanya terbentuk dari beberapa kelompok kecil yang masing-masing
kelompok menangani tugas tertentu. Kebutuhan sosial yang dinilai umum sebagai
kebutuhan dasar harus selalu ada dalam setiap masyarakat, yaitu ekonomi, politik,
pendidikan, keagamaan, kesenian, dan sebagainya.
Kelompok
kecil adalah kelompok yang jumlah anggotanya relatif kecil (paling sedikit dua
orang) dan dibentuk atas dasar kebutuhan atau kepentingan kecil dan spesifik.
Kelompok-kelompok kecil selalu timbul atau pasti akan timbul di dalam kelompok
yang lebih besar dan luas. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan
yang berbeda. Manusia memerlukan bantuan dan perlindungan dari sesamanya.
Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas dan sebagainya. Keadaan yang demikian
menyebabkan timbulnya kelompok kecil (small
group). Contohnya, kelompok belajar dan kelompok diskusi merupakan kelompok
kecil dari suatu kelompok pendidikan (sekolah).
Kelompok
kecil mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelompok besar sebab memiliki
beberapa alasan, yaitu sebagai berikut:
·
Kelompok kecil mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat dan perilaku setiap individu.
Kelompok kecil, dimana seseorang menjadi anggota, tidak saja merupakan sumber
simpati, tetapi juga sebagai sumber ketegangan, tekanan, dan kekecewaan.
·
Dalam kelompok kecil,
pertemuan antara kepentingan sosial dengan kepentingan individu berlangsung
secara tajam dan jelas.
·
Kelompok kecil pada
hakikatnya merupakan sel yang menggerakkan suatu organisme yang dinamakan
masyarakat.
·
Kelompok-kelompok kecil
merupakan bentuk khusus dalam kerangka sosial secara keseluruhan. Kelompok kecil
seolah-olah miniatur masyarakat yang mempunyai pembagian kerja, kode etik,
pemerintahan, prestise, ideologi, dan sebagainya. ((semuanya
pendapat siapa, sumber !)
3)
Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
·
Kelompok primer (primary group) adalah kesatuan hidup
manusia yang ditandai dengan hubungan antaranggotanya yang berlangsung secara
tatap muka, saling mengenal, mesra dan akrab, kerjasama yang erat dan bersifat
pribadi. Faktor-faktor yang memungkinkan hubungan manusia dalam suatu kelompok
berlangsung secara akrab dan mesra di antaranya sebagai berikut: ((semuanya pendapat siapa, sumber !)
·
Jumlah anggota relatif
kecil sehingga mereka saling mengenal kepribadian masing-masing.
·
Adanya rasa solidaritas
yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Mereka merasa mempunyai kepentingan
yang sama, memegang nilai-nilai budaya yang sama, berasal dari keturunan yang
sama.
·
Merasa mempunyai nasib
yang sama karena pengalaman sejarah yang sama. Contohnya, kelompok primer,
yaitu keluarga beserta kerabatnya.
Kelompok
sekunder (secondary group) adalah
kelompok yang hubungan antaranggotanya kurang akrab, renggang bahkan tidak saling
mengenal. Dalam kehidupan masyarakat setiap orang pada umumnya memiliki dua
keanggotaan sekaligus. Selain sebagai anggota kelompok primer, dia juga sebagai
anggota kelompok sekunder. Faktor yang menyebabkan terbentuknya kelompok
sekunder adalah hasrat dan kebutuhan hidup. Hasrat dan kebutuhan hidup itulah
yang mendorong manusia untuk hidup berkelompok. Manusia merupakan makhluk yang
selalu ingin hidup bersama dan tidak mungkin dapat bertahan hidup tanpa manusia
lain. Pada saat suatu kebutuhan tidak bisa dipenuhi oleh diri sendiri atau
kelompoknya (primer), manusia akan membentuk atau memasuki kelompok sekunder.
Manusia
sebagai pribadi dalam kelompok sekunder kurang mendapat perhatian sebab yang
menjadi pusat perhatian adalah tugas dan prestasi kerja. Contohnya, dalam
sebuah perusahaan, aspek yang dihargai dari seseorang adalah kepandaian,
keterampilan, keluwesan bekerja sama, dan kepemimpinannya. Demi efisiensi, prinsip
utamanya adalah menempatkan seseorang untuk melakukan suatu jenis pekerjaan
sesuai dengan keahliannya.
4)
Kelompok Dalam (In-Group) dan Kelompok Luar (Out-Group)
Istilah
in-group atau kelompok dalam muncul
ketika para anggota suatu kelompok merasa bahwa mereka mempunyai suatu tujuan
dan cita-cita yang sama, menaati norma-norma yang sama, nasib yang sama.
Kelompok tersebut menganggap inilah kelompok kami atau orang-orang kita. Dalam
ucapan, sikap dan perilakunya terkandung makna bahwa orang lain yang bukan
termasuk kelompoknya (orang luar). Contohnya, kami warga RT 007 sedangkan
mereka warga RT 10; kami siswa Kelas XI, sedangkan mereka siswa Kelas X. Sikap out-group atau kelompok luar ditandai
dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Hubungan dengan
orang-orang yang bukan anggota kelompoknya berlangsung kurang akrab, dan
berhati-hati. Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam dan luar kelompok
merupakan suatu sikap yang dinamakan fanatisme, yaitu suatu sikap untuk menilai
orang lain dengan menggunakan nilai-nilai dan norma kelompok sendiri. Mereka
beranggapan bahwa segala sesuatu dalam kelompoknya adalah yang terbaik. Menilai
kelompok lain sering kali bersifat stereotip, yaitu gambaran atau anggapan dari
suatu kelompok terhadap kelompok lain yang bersifat merendahkan obyek tertentu
atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sikap stereotip mencakup berbagai
aspek kehidupan, seperti agama atau kepercayaan, etnis, pekerjaan, dan
sebagainya.
In-group
dan out-group dapat dijumpai di semua
masyarakat walaupun kepentingannya berbeda-beda. Dalam masyarakat bersahaja
mungkin jumlahnya tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan masyarakat
kompleks sebab pembedaan unsur-unsur sosial tidak tampak secara jelas. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa setiap kelompok sosial adalah in-group bagi anggotanya dan out-group bagi anggota kelompok.
5)
Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesselschaft)
·
Paguyuban adalah bentuk
kehidupan bersama yang para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni
dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan
rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut bersifat
nyata dan organis yang dapat diumpamakan tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban
akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabat, rukun tetangga, dan
sebagainya. Suatu kelompok dinamakan paguyuban apabila mempunyai beberapa ciri
berikut: ((semuanya pendapat siapa, sumber !)
·
Intimate,
hubungan menyeluruh dan akrab.
·
Private,
hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.
·
Exclusive,
hubungan tersebut hanya untuk kita saja dan tidak untuk orang lain di luar
kita.
Di
dalam paguyuban terdapat suatu kemauan bersama. Ada suatu pengertian serta
kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Menurut Tonnies ( thn, hal) –pustaka-, dalam setiap
masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban.
a) Paguyuban
karena ikatan darah (gemeinschaft by
blood) yaitu paguyuban yang terbentuk didasarkan pada ikatan darah atau keturunan.
Contohnya, keluarga, kelompok kekerabatan.
b) Paguyuban
karena tempat (gemeinschaft of place)
yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat
tinggalnya sehingga dapat saling menolong. Contohnya, rukun tetangga, rukun
warga, atau arisan.
c) Paguyuban
karena jiwa dan pikiran (gemeinschaft of
mind) merupakan suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun
tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan,
tetapi mereka mempunyai pikiran dan ideologi yang sama.
Patembayan
adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek,
bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran berkala serta strukturnya bersifat
mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk gesselschaft
terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal
balik. Contohnya, ikatan pedagang, organisasi pengusaha, atau sarikat buruh.
6)
Kelompok Informal (Informal Group) dan Kelompok Formal (Formal Group)
Kelompok
informal adalah kesatuan hidup manusia yang tidak mempunyai struktur dan
organisasi tertentu. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena
pertemuan berulang kali dan pertemuan tersebut menjadi dasar bagi bertemunya
kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya, Klik (clique) yaitu suatu kelompok kecil tanpa
struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik tersebut
ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota, biasanya bersifat
antara kita saja (egalitas). Kelompok
formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja
diciptakan oleh angota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara
anggota-angotanya. Hubungan antaranggota berlangsung secara terkoordinasi
melalui usaha-usaha untuk mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi
yang bersifat spesialisasi. Kegiatannya didasarkan pada aturan-aturan yang sebelumnya
sudah ditentukan. Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme
administratif. Staf administratif bertanggungjawab memelihara organisasi dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan organisasi. Contohnya, unit kepolisian lalu
lintas terdiri atas bagian-bagian, yaitu bagian administrasi, lapangan atau
patroli, logistik, pembinaan atau penyuluhan.
2.2 Masyarakat
Multikultural
2.2.1
Pengertian
Dalam suatu masyarakat pasti akan menemukan banyak kelompok
masyarakat yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan
karakteristik itu berkenaan dengan tingkat diferensiasi dan stratifikasi
sosial. Masyarakat seperti ini disebut sebagai masyarakat multikultural.
Masyarakat multikultural sering juga disebut masyarakat majemuk. Berikut ini
adalah beberapa pengertian masyarakat multikultural.
a.
Menurut
Furnival
Masyarakat
multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas
(kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki
struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain. Menurut ilmuan ini,
berdasarkan konfigurasi dan komunitas etnik dibedakan menjadi empat kategori
sebagai berikut:
1)
Masyarakat
majemuk dengan kompetisi seimbang.
Merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau etnik yang
mempunyai kekuatan kompetitif tidak yang kurang lebih seimbang. Kualisi lintas
etnik sangat diperlukan untuk pembentukan suatu masyarakat yang stabil.
2)
Masyarakat
majemuk dengan mayoritas dominan
Merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas etnik dengan kekuatan
kompetitif lebih besar daripada kelompok lainnya. Atau, suatu kelompok etnis
mayoritas mendominasi kompetisi politik atau ekonomi sehingga posisi
kelompok-kelompok yang lain menjadi kecil.
3)
Masyarakat
mejemuk dengan minoritas dominant.
Merupakan
suatu masyarakat di mana satu kelompok etnik minoritas mempunyai keunggulan
kompetitif yang luas sehingga mendominasi kehidupan politik atau ekonomi
masyarakat.
4)
Masyarakat
majemuk dengan fragmentasi.
Merupakan
masyarakat yang terdiri atas sejumlah kelompok etnik, tetapi semuanya dalam
jumlah yang kecil sehingga tidak ada satu kelompok pun yang mempunyai posisi
politik atau ekonomi yang dominant. Masyarakat demikian ini sangat stabil
tetapi masih mempunyai potensi konflik karena rendahnya kemampuan pembangunan
koalisi.
b.
Menurut
Dr. Nasikun (thn, halaman >>daftar pustaka)
Masyarakat
majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai yang
dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah
sedemikian rupa sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas
terhadap masyarakat sebagai suatu keselutuhan, kurang memiliki homogenitas
kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu
sama lain.
c.
Multikultural
menurut ahli (Suparlan ; 2002), masukin daftar pustaka
namanya. merupakan sebuah ideologi yang mengagungkan perbedaan budaya
atau sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme (keberagaman) budaya sebagai
suatu corak kehidupan masyarakat. Multikulturalisme mengangungkan dan berusaha
melindungi keanekaragaman budaya termasuk kebudayaan dari mereka yang tergolong
minoritas.
Pengertian multikulturalisme sebuah masyarakat bangsa
dilihat sebagai sebuah kebudayaan bangsa yang merupakan mainstream seperti
sebuah mozaik dan di dalam kebudayaan bangsa tersebut terdapat berbagai
perbedaan corak budaya.
Multikulturalisme merupakan pengikat dan jembatan yang
mengakomodasi berbagai perbedaan, termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku
bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu terwadahi di tempat
umum, tempat kerja, pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat
secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Sementara itu, kesukubangsaan dan
masyarakat suku bangsa dengan kebudayaan suku bangsanya tetap dapat hidup dalam
ruang lingkup atau suasana kesukubangsaannya. Namun, dalam suasana nasional dan
tempat umum yang seharusnya menjadi ciri adalah kebangsaan dengan pluralisme
budayanya, dan bukan suatu kesukubangsaan atau suatu kebudayaan suku bangsa
tertentu yang dominan.
2.2.2
Ciri-Ciri Masyarakat
Multikultural
Masyarakat
Indonesia mewujudkan adanya keanekaragaman tingkat perkembangan masyarakat dan
kebudayaan suku-suku bangsa, daerah, ras dan sebagainya. Sesuai dengan
kenyataan yang ada, di dalam masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam suku
bangsa atau subsuku bangsa mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Selain perbedaan
suku bangsa juga terdapat perbedaan agama, daerah, ras dan pelapisan sosial
yang silang
menyilang antara satu dengan yang lainnya.
·
Maka
ciri-ciri masyarakat Indonesia yang multikultur adalah sebagai berikut: semuanya kata siapa, sumber !)
a.
Adanya
keanekaragaman suku bangsa, agama, dan adat istiadat.
b.
Adanya
keanekaragaman budaya.
c.
Adanya
keanekaragaman agama daerah.
d.
Adanya
keanekaragaman sosial-ekonomi.
2.2.3
Multikultural di
Indonesia
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
multikultural adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun
secara kebudayaan (Fay, 1996, Jary dan Jary 1991,
Watson 2000) –pustaka). Dalam model multikulturalisme, sebuah masyarakat
(termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai sebuah
kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti
sebuah mozaik. Pada mozaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat yang lebih
kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar yang mempunyai
kebudayaan yang seperti sebuah mozaik (Reed, 1997)ini
daftar pustakanya mana. Model multikulturalisme sebenarnya telah
digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa
yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa sebagaimana yang terungkap dalam
penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “kebudayaan bangsa (Indonesia)
adalah puncak kebudayaan di daerah”. Walaupun multikulturalisme itu telah
digunakan oleh pendiri bangsa Indonesia untuk mendesain kebudayaan bangsa
Indonesia, pada umumnya orang Indonesia masa kini memandang multikulturalisme
sebagai sebuah konsep asing. Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan
dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa
yang menjadi ciri masyarakat majemuk karena multikulturalisme menekankan
keragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Alasan mengenai multikulturalisme
setidaknya juga harus mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi
ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan
kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip
etika dan mokral, dan tingkat serta mutu produktivitas.
2.2.4
Faktor-Faktor Penyebab
Timbulnya Masyarakat Multikultural
Adapun
fajtor-faktor penyebab timbulnya masyarakat multikultural adalah sebagai
berikut: kata siapa.
Sumber
a. Keadaan
Geografis
Keadaan geografis wilayah
Indonesia yang terdiri lebih dari 17 ribu pulau, merupakan faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap terciptanya multikultural suku bangsa di Indonesia.
Keadaan geografis yang telah mengisolir penduduk yang menempati pulau dan
daerah menumbuhkan kesatuan suku bangsa yang berbeda-beda.
b. Pengaruh
Kebudayaan Asing
Kepulauan Indonesia
merupakan jalur lalu lintas perdagangan antara India, Cina, dan wilayah Asia
Tenggara. Melalui para pedagang asing pengaruh kebudayaan dan agama masuk ke
wilayah Indonesia.
c. Kondisi
Iklim yang Berbeda
Wilayah lingkungan hidup
suku-suku bangsa juga memperlihatkan variasi yang berbeda-beda. Perbedaan curah
hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam
lingkungan ekologis yang berbeda di Indonesia, yakni daerah pertanian sawah
yangbanyak dijumpai di pulau jawa dan Bali, serta daerah pertanian lading yang
banyak dijumpai di luar pulau jawa. Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya
perbedaan antara pulau jawa dengan luar jawa dalam bidang kependudukan,
ekonomi, sosial dan budaya.
d. Integrasi
Nasional yang Berasal dari Kelompok Suku Bangsa yang Beranekaragam
Integrasi suku bangsa
dalam kesatuan nasional menajdi bangsa Indonesia disebabkan oleh empat
peristiwa penting yakni :
1)
Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit telah mempersatukan suku bangsa-suku bangsa Indonesia dalam satu
kesatuan politis, ekonomis dan sosial.
2)
Kekuasaan kolonialisme
Belanda selama tiga setengah abad telah menyatukan suku bangsa-suku bangsa
Indonesia dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita.
3)
Selama periode pergerakan
nasional, para pemuda Indonesia telah menonjolkan isu kesukubangsaan dan
melahirkan sumpah pemuda yang terkenal pada tahun 1928.
4)
Proklamasi Kemerdekaan RI
pada tanggal 17 Agustus 1945 yang mendapat dukungan dari semua suku bangsa di
Indonesia yang mengalami nasib yang sama di bawah penjajahan Belanda dan
Jepang.
2.3 Dinamika
Kelompok Sosial
Aspek
yang dikaji dalam dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut:
(pendapat siapa?_
1. Kohesi
atau persatuan
Dalam hal ini akan
terlihat tingkah laku dalam suatu kelompok, seperti proses pengelompokan,
intensitas anggota dan arah pilihan.
2. Motif
atau dorongan
Hal ini akan terlihat
pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan kelompok,
tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok.
3. Struktur
Hal ini akan terlihat
pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota,
dan pembagian tugas.
4. Pimpinan
Pimpinan sangat penting
pada kehidupan kelompok sosial.
5. Perkembangan
kelompok
Perkembangan kelompok
dapat dilihat dari perubahan dalam kelompok, perpecahan kelompok, keinginan
anggota untuk tetap berada dalam kelompok, dsb.
·
Adapun faktor-faktor
pendorong dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut: ((semuanya pendapat siapa yaa)
1.
Faktor dari luar kelompok (ekstern)
Faktor pendorong dari
luar kelompok merupakan pengaruh luar yang menyebabkan berkembangnya suatu kelompok sosial, antara
lain :
a.
Perubahan situasi sosial
Adanya
perubahan situasi sosial seperti; pemekaran wilayah, masuknya industrialisasi
ke daerah-daerah pedesaan, dan adanya penemuan-penemuan baru dapat mendorong
perkembangan suatu kelompok sosial.
b.
Perubahan situasi ekonomi
Perubahan
ini dapat menyebabkan suatu kelompok sosial berkembang, misalnya: dalam
masyarakat perkotaan yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang lebih
tinggi dibanding masyarakat pedesaan.
c.
Perubahan situasi politik
Perubahan
situasi politik seperti pergantian elite kekuasaan atau perubahan kebijaksanaan
yang dilakukan elite kekuasaan dapat menyebabkan perkembangan kelompok-kelompok
sosial dalam masyarakat.
1. Faktor
Pendorong dari Dalam Kelompok (intern)
Faktor
ini merupakan kondisi dalam kelompok yang menyebabkan perkembangan suatu
kelompok, antara lain :
a.
Adanya konflik
antaranggota kelompok
Konflik
yang terjadi di dalam kelompok dapat menyebabkan keretakan dan berubahnya pola
hubungan sosial.
b.
Adanya perbedaan
kepentingan
Ketika
dalam suatu kelompok sosial terdapat perbedaan kepentingan, maka kelangsungan
kelompok sosial tersebut dapat terpecah. Anggota kelompok yang merasa tidak
sepaham akan memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain yang sepaham
dengannya.
c.
Adanya perbedaan paham
Perbedaan
paham di antara kelompok sosial dapat mempengaruhi kelompok sosial secara
keseluruhan.
2.4 Perkembangan
Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia
Multikultural berasal dari kata multi
yang berarti banyak (lebih dari dua) dan culture
artinya kebudayaan. Secara sederhana, masyarakat multikultural adalah
masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan. Masyarakat multikultural
tersusun atas berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya
kestabilan kehidupan masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi
untuk mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakatnya. Menurut Fuad Hassan thn, hal /pustaka, setiap
masyarakat pendukung kebudayaan (culture
bearers) cenderung menjadikan kebudayaannya sebagai kerangka acuan bagi prikehidupan
sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai kebersamaan yang unik. Oleh karena
itu, perbedaan antarkebudayaan justru bermanfaat dalam mempertahankan dasar
identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut.
Multikultural masyarakat dalam tatanan sosial agama dan suku bangsa
telah ada sejak zaman nenek moyang. Kebhinekaan budaya yang dapat hidup
berdampingan secara damai merupakan kekayaan yang tak ternilai dalam khazanah
budaya nasional. Diunggulkannya suatu nilai oleh seseorang atau sekelompok
masyarakat bukan berarti tidak dihiraukannya nilai-nilai lain, tetapi kurang
dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku dibandingkan dengan
nilai yang diunggulkannya. Oleh karena itu, permasalahan multikultural justru
merupakan suatu keindahan apabila identitas setiap budaya dapat bermakna dan
diagungkan oleh masyarakat pendukungnya, serta dapat dihormati oleh kelompok
masyarakat lain. Hal ini untuk kebanggaan dan sifat egoisme kelompok apalagi
apabila diwarnai kepentingan politik tertentu seperti digunakannya
simbol-simbol budaya Jawa yang salah kaprah untuk membangun struktur dan budaya
politik yang sentralistik.
Keragaman atau multikulturalisme merupakan salah satu realitas
utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini, dan di
waktu-waktu mendatang. Multikulturalisme secara sederhana dapat dipahami
sebagai pengakuan bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan
majemuk. Sebaliknya, negara tidak mengandung kebudayaan nasional yang tunggal. Akan
tetapi, keragaman tersebut hendaklah tidak ditafsirkan secara tunggal. Komitmen
untuk mengakui keragaman merupakan salah satu ciri dan karakter utama
masyarakat, negara-bangsa. Keragaman tidak lantas menjadi sumber kekacauan,
distruksi sosial ataupun konflik yang berkepanjangan. Hal tersebut disebabkan adanya
simbol-simbol, nilai-nilai, struktur-struktur, dan lembaga-lembaga dalam
kehidupan bersama.
Masyarakat Indonesia adalah gabungan semua kelompok manusia yang
hidup di Indonesia. Suatu kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa Indonesia
terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, dan agama. Oleh karena itu,
bangsa Indonesia sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”.
Akan tetapi, keadaan multikultural tersebut berhadapan dengan kebutuhan untuk menyusun
suatu kebudayaan nasional Indonesia yang dapat menjadi kekuatan pemersatu bangsa.
Pandangan “multikultural” sebenarnya bukanlah hal yang baru di Indonesia.
Prinsip Indonesia sebagai negara “bhinneka tunggal ika”, mencerminkan bahwa
meskipun Indonesia adalah multikultural, tetapi tetap terintegrasi dalam
kesatuan.
Pembentukan masyarakat multikultural Indonesia tidak bisa secara taken for granted atau trial and error. Harus diupayakan secara
terprogram, terintegrasi dan berkesinambungan. Keragaman suku bangsa merupakan
salah satu ciri masyarakat Indonesia yang seringkali dibanggakan. Banyak yang
belum menyadari bahwa keragaman tersebut juga menyimpan potensi konflik yang
dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semuanya ini, memiliki fokus
terhadap kolaborasi, kerja sama dan negosiasi perbedaan-perbedaan untuk
menyelesaikan konflik. Sebagian besar masyarakat Indonesia menekankan pada
kehidupan bersama, saling mendukung, dan menghormati satu sama lain dalam berbagai
hak dan kewajiban personal maupun komunal. Pada tahap ini, komitmen terhadap
nilai-nilai tidak dapat dipandang berkaitan hanya dengan eksklusivisme personal
dan sosial, atau dengan superioritas kultural, tetapi lebih jauh lagi dengan kemanusiaan
(humanness), komitmen, dan kohesi
kemanusiaan termasuk di dalamnya melalui toleransi, saling menghormati hak-hak personal
dan komunal.
Manusia, ketika berhadapan dengan simbol-simbol, doktrin-doktrin,
prinsip-prinsip dan pola-pola tingkah laku, sesungguhnya mengungkapkan dan
sekaligus mengideal isasikan komitmen kepada kemanusiaan (baik secara personal
maupun komunal) dan kebudayaan yang dihasilkannya. Dalam konteks ini,
multikulturalisme dapat pula dipahami sebagai “kepercayaan” kepada normalitas
dan penerimaan keragaman. Pandangan dunia multikulturalisme seperti ini dapat dipandang
sebagai titik tolak dan fondasi bagi kewarganegaraan yang beradab.
Multikulturalisme dapat dipandang sebagai landasan budaya (cultural basic) bagi kewarganegaraan dan pendidikan. Masyarakat
Indonesia adalah seluruh gabungan semua kelompok manusia yang hidup di
Indonesia. Suatu kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa negara-bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain sehingga bangsa
Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Multikulturalsime adalah sebuah ideologi, alat,
atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Sebagai sebuah
ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada
dalam berbagai struktur kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan bisnis, politik, dan berbagai kegiatan lainnya di masyarakat.
Kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antarmanusia dalam berbagai
manajemen pengelolaan sumber daya, merupakan sumbangan sangat besar dan penting
dalam upaya mengembangkan serta memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana, melainkan juga sebuah
ideologi yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai landasan bagi
tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakat. Multikulturalisme
bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri, terpisah dari ideologi-ideologi lainnya.
Multikulturalisme membutuhkan seperangkat konsep yang merupakan bangunan
konsep-konsep untuk dijadikan acuan dalam memahami dan mengembang kan kehidupan
bermasyarakat. Untuk dapat memahami multikulturalisme, diperlukan landasan pengetahuan
berupa konsep-konsep yang relevan dan mendukung keberadaan serta berfungsinya
multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Konsep-konsep tersebut harus dikomunikasikan
di antara para ahli yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang multikulturalisme
sehingga terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam memperjuangkan
ideologi ini. Kelompok sosial merupakan kelompok yang dinamis. Setiap kelompok
sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Untuk meneliti gejala
tersebut, perlu ditelaah lebih lanjut perihal dinamika kelompok sosial
tersebut. Beberapa kelompok sosial bersifat lebih stabil daripada
kelompok-kelompok sosial lainnya atau strukturnya tidak mengalami
perubahan-perubahan yang mencolok.
Ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami perubahanperubahan
cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi pada
umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi
ataupun reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut karena pengaruh
dari luar. Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial terjadi karena
konflik antarindividu dalam kelompok atau karena adanya konflik antarbagian
kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan di dalam kelompok itu sendiri. Ada bagian atau segolongan
dalam kelompok itu yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lainnya; ada kepentingan
yang tidak seimbang sehingga timbul ketidakadilan; ada pula perbedaan paham
tentang cara-cara memenuhi tujuan kelompok dan lain sebagainya. Semuanya itu
mengakibatkan perpecahan di dalam kelompok hingga timbul perubahan struktur.
Timbulnya struktur yang baru pada akhirnya juga bertujuan untuk mencapai keadaan
yang stabil. Tercapainya keadaan yang stabil sedikit banyak juga bergantung
pada faktor kepemimpinan dan ideologi yang dengan berubahnya struktur, mungkin
juga mengalami perubahanperubahan. Kadang-kadang konflik dalam kelompok sosial
dapat dikurangi atau bahkan dihapuskan, misalnya dengan mengadakan “kambing
hitam” (scapegoating) atau kelompok tersebut menghadapi musuh bersama dari
luar. Perubahan struktur kelompok sosial
karena sebab-sebab dari luar. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: (pendapat siapa) (1) Perubahan situasi atau keadaan di
mana kelompok tadi hidup. Perubahan pada situasi dapat pula mengubah struktur
kelompok sosial tadi. Ancaman dari luar, misalnya seringkali merupakan faktor
yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok sosial. Situasi
membahayakan yang berasal dari luar memperkuat rasa persatuan dan mengurangi
keinginan-keinginan para anggota kelompok sosial untuk mementingkan diri
sendiri. (2) Pergantian anggota-anggota kelompok, contohnya, personalia suatu
pasukan. Angkatan bersenjata sering mengalami pergantian dan hal itu tidak
selalu mengakibatkan perubahan struktur secara keseluruhan. Akan tetapi, ada
pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami kegoncangan-kegoncangan apabila
ditinggalkan salah seorang anggotanya, apalagi kalau anggota yang bersangkutan
mempunyai kedudukan penting misalnya, dalam suatu keluarga. Apabila seorang
ayah yang menjadi tulang punggung keluarga kemudian meninggal dunia, hal ini
dapat menimbulkan guncangan besar terhadap keluarga tersebut. Bisa saja
keluarganya jatuh miskin karena tidak ada lagi yang menanggung
kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. (3) Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
situasi sosial dan ekonomi. Misalnya, dalam keadaan depresi suatu keluarga akan
bersatu untuk menghadapinya walaupun anggota-anggota keluarga tersebut
mempunyai agama ataupun pandangan politik yang berbeda satu dengan lainnya.
Di dalam dinamika kelompok, mungkin terjadi pertentangan antarkelompok.
Apabila terjadi peristiwa tersebut maka secara hipotesis prosesnya adalah
sebagai berikut. (kata siapa)
·
Apabila
dua kelompok bersaing, akan timbul stereotip.
·
Kontak
antara kedua kelompok yang bermusuhan, tidak akan mengurangi sikap bermusuhan
itu sendiri.
·
Tujuan
yang harus dicapai dengan kerja sama, dapat menetralisasi kan sikap bermusuhan.
·
Di dalam
kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi positif.
Konflik antarkelompok mungkin terjadi karena persaingan untuk
mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau terjadi pemaksaan unsur-unsur
kebudayaan tertentu. Di samping itu, mungkin ada pemaksaan agama, dominasi
politik atau adanya konflik tradisional yang terpendam. Contohnya, adalah
hubungan antara kelompok mayoritas dan minoritas. Reaksi golongan minoritas kelompok
mungkin dalam bentuk sikap tindak menerima, agresif, menghindari atau
asimilasi. Masalah dinamika kelompok, juga menyangkut gerak atau perilaku
kolektif. Gejala tersebut merupakan suatu cara berpikir, merasa dan beraksi
suatu kelompok individu yang serta merta dan tidak berstruktur. Sebab-sebab
suatu kumpulan individu menjadi agresif antara lain adalah: (pendapat siapa, sumber )
·
frustasi
selama jangka waktu yang lama;
·
tersinggung;
·
dirugikan;
·
ada
ancaman dari luar;
·
diperlukan
tidak adil;
·
terkena
pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif.
Contoh kasusnya adalah perkembangan yang terjadi dalam dunia
politik di negeri kita, yang memperlihatkan partai peserta pemilu dari yang
semula berjumlah hanya tiga partai pada masa Orde Baru, kemudian berubah
setelah memasuki masa pasca reformasi menjadi sistem multipartai yang
memunculkan puluhan partai. Hal menandakan bahwa dinamika yang terjadi di
masyarakat terjadi karena perubahan pola pikir dan sistem pemerintahan.
Kelompok dalam bidang politik pada akhirnya memiliki tujuan dan cara yang
berbeda dalam melaksanakan kemajuan masing-masing. Contoh lainnya adalah dalam
bidang pendidikan, yaitu terjadinya perubahan kurikulum yang digagas oleh
kelompok pendidik yang memiliki gagasan baru dalam menghadapi setiap perubahan
yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan.
2.5 Keanekaragaman
Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia
Dalam masyarakat multikultural, keanekaragaman suku bangsa, agama,
serta stratifikasi sosial telah menumbuhkan kelompok-kelompok sosial ataupun
lembaga-lembaga sosial yang berjalan sendiri-sendiri.
2.5.1 Tipe Masyarakat Indonesia Berdasarkan Kehidupan
Sosial Budayanya
Menurut Koentjaraningrat mengklasifikasikan warna masyarakat dan kebudayaan Indonesia, sedikitnya dikelompokkan ke dalam
enam tipe sosial budaya berikut ini : (sumber !)
a.
Tipe
masyarakat berdasarkan system berkebun yang sangat sederhana, system
kemasyarakatan berupa desa terpencil tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang
kuat.
b.
Tipe
masyarakat pedesaan dengan bercocok tanam di ladang atau di sawah, sistem
kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi
yang sedang
c.
Tipe masyarakat
kota menjadi orientasinya mewujudkan suatu peradaban yang bekas kerajaan
berdagang dengan pengaruh kuat dari agama islam.
d.
Tipe
masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di sawah, sistem dasar
kemasyarakatannya berupa komunitas dengan diferensiasi dan stratifikasi yang sangat
kompleks.
e.
Tipe
masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor
perdagangan dan industri lemah.
f.
Tipe
masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suatu sektor perdangan dan
industri yang agak berarti, tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintahan
dengan suatu sektor kepegawaian yang luas.
2.5.2 Kelompok Masyarakat Indonesia Berdasarkan
Etnis, Agama, dan Stratifikasi Sosial (sumber !)
a.
Kelompok
etnis
Kelompok
etnis merupakan bentuk kelompok sosial yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan,
wilayah, sejarah, sikap dan system politik.
b.
Kelompok
sosial keagamaan
Dalam
masyarakat Indonesia yang multicultural, perbedaan agama merupaka salah satu
kekayaan bangsa. Dengan adanya perbedaan keyakinan tersebut, maka timbullah
kelompok kelompok sosial baik yang formal, maupun informal berdasarkan keyakinan
agama tertentu.
c.
Kelompok
sosial berdasarkan stratifikasi sosial
Kelompok-kelompok
sosial berdasarkan stratifikasi sosial ditentukan bukan hanya oleh aspek
ekonomi semata, melainkan juga aspek profesionalitas seseorang. Keinginan untuk
maju menyebabkan pendidikan mendapat tempat yang penting dalam kehidupan
masyarakat industri.
2.6 Masalah-Masalah
yang Timbul Akibat Keanekaragaman (sumber !)
2.6.1
Kesenjangan Multidimensional
Beberapa
kesenjangan multidimensional yang terjadi dalam masyarakat multikultural
Indonesia antara lain :
a.
Kesenjangan aspek
kemasyarakatan
Kesenjangan
ini mencakup penyelenggaraan organisasi sosial, system politik dan system
hukum.
b.
Kesenjangan
sosiogeografis antara pulau jawa dan pulau-pulau Indonesia lainnya, kecuali
Bali.
Kesenjangan
ini terlihat pada umumnya diakui sebagai kesenjangan dalam hal kepadatan
penduduk, kemajuan tingkat pendidikan dan tingkat kemakmuran serta keterlibatan
komunikasi serta telekomunikasi nasional maupun internasional.
c.
Kesenjangan yang
berkaitan dengan aspek material yaitu kegiatan ekonomi.
d.
Kesejangan antara
mayoritas dan minoritas, yakni :
·
Kesenjangan antara
pribumi dan non pribumi
·
Kesenjangan antara
penganut agama mayoritas dan minoritas
·
Kesenjangan antara kaya
dan miskin
·
Kesenjangan yang
menyangkut sosiokultur yakni struktur piramida kekuasaan
2.6.2
Konflik Antaretnis dan
Antarpemeluk Agama yang Berbeda
Konflik
antaretnis adalah konflik antara kelompok suku bangsa yang tergolong pribumi
dengan kelompok suku bangsa pendatang,yang diakibatkan oleh adanya perbuatan
sejumlah warga pendatang (oknum) yang bertindak sebagai preman dan kriminal.
2.7 Alternatif
Pemecahan Berbagai Masalah Akibat Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam
Masyarakat Multikultural
2.7.1
Alternatif Pemecahan Masalah
Konflik Antarentis dan Antarpemeluk Agama
Pandangan
primordialisme yang menggiring manusia menuju sikap tertutup dan kepicikan
harus segera di revisi dan direformasi, sikap menganggap dirinya memiliki
kebudayaan yang superior perlu diwaspadai sehingga tidak merusak tatanan
sosial. Nilai-nilai positif dari bangsa asing harus kita contoh demi kemajuan
kita bersama.
2.7.2
Alternatif Pemecahan
Masalah Proses Integrasi yang Bersifat Terpaksa
Untuk
menciptakan suatu integrasi sosial memang sangat sulit dilakukan terutama dalam
masyarakat yang memiliki tingkat keanekaragamaan kelompok sosial yang tinggi
diperlukan dengan sikap pengorbanan sikap toleransi yang besar dan upaya yang
kuat untuk melawan prasangka dan diskriminasi. Dengan demikian, yang harus
dikembangkan adalah pendidikan multikultural dan paham multikulturalisme yang
mengakui keberadaan etnis dan budaya masyarakat suatu bangsa dan menepatkannya
dalam kesetaraan derajat.
2.7.3
Alternatif Pemecahan
Masalah Kesenjangan Aspek Kemasyarakatan
Salah
satu upaya untuk meminimalkan kesenjangan dalam aspek kemasyarakatan adalah
ditetapkannya otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada masyarakat
daerah dalam mengatur urusan daerahnya sendiri
.
2.7.4
Alternatif Pemecahan
Masalah Kesenjangan yang Berkaitan dengan Aspek Material
Untuk
mengatasi suatu kesenjangan aspek material dan pembangunan antara jawa dan luar
jawa misalnya, antara desa dan kota atau antara miskin dan kaya memang
dibutuhkan upaya dari berbagai pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah,
ataupun masyarakat dan lembaga-lembaga terkait. Dengan adanya otonomi
diharapkan daerah dapat mengembangkan potensi alam dan juga potensi sumber daya
manusianya agar dapat bersaing menyongsong eraglobalisasi.
2.7.5
Alternatif Pemecahan
Masalah Kesenjangan Mayoritas dan Minoritas
Tantangan
bagi kita sebagai bangsa adalah bagaimana kita dapat hidup damai dengan
kenyataan adanya golongan dalam masyarakat kita, baik mayoritas maupun
minoritas apapun latarbelakang, suku, ras, agama, kebudayaan, bangsa ataupun
asal usulnya. Kemudian yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita menjalin
hubungan serta kerja sama dan saling menerima, saling menbantu, dan saling
menguntungkan.
2.7.6
Perlunya Pendidikan
Multikultural
Untuk
mendukung dan menyosialisasikan paham multikulturalisme di butuhkan kerja sama
dari berbagai pihak. Dalam hal ini di butuhkan beberapa prilaku dari
individu-individu yang bersangkutan, seperti kepercayaan dan toleransi,
kepedulian, penerapan hukum serta sikap keterbukaan.
2.7.7
Kepercayaan dan Toleransi
Kepercayaan
berarti kita bisa mempercayai orang lain dan sebaliknya, kita bisa di percaya. Terhadap hubungan keanekaragaman dan
perubahan budaya dalam menghadapi hubungan keanekaragaman dan perubahan
kebudayaan di masyarakat, dibutuhkan sikap yang kritis, disertai toleransi dan
empati sosial terhadap perbedaan-perbedaan tersebut. Berikut
ini adalah beberapa sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat yang
beranekaragam, yaitu : ((kata siapa, sumber !)
a.
Mengembangkan sikap saling menghargai (toleransi) terhadap
nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda-beda dari angota masyarakat yang kita
temui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok agamanya sendiri
dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya.
b.
Meninggalkan sikap primodialisme, terutama yang menjurus pada
sikap etnosentrisme dan ekstrimisme (berlebih-lebihan).
c.
Menegakkan supremasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan
formal harus berlaku pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial,
ras, etnik dan agama yang mereka anut.
d.
Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan
wawasan berbangsa dan bernegara namun menghindarkan sikap chauvimisme yang akan
mengarah pada sikap ekstrim dan menutup diri akan perbedaan kepentingan dengan
masyarakat yang berada di negara-negara lain.
e.
Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif
melalui mediasi, kompromi, dan adjudikasi.
f.
Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi
setiap individu terutama para pemegang kekuasaan dan penyelenggara kenegaraan
secara formal
Berbicara tentang toleransi dan empati dalam
hubungan keragaman dan perubahan kebudayaan, dihadapkan pada dua permasalahan:
Pertama, bagaimana membangun kembali semangat “saling percaya” dalam interaksi
antarkomunitas atau kelompok sosial setelah berlangsungnya konflik-konflik
komunal yang menggunakan sentimen suku bangsa atau etnis, agama, ras, politik,
dan ekonomi di berbagai daerah. Kedua, bagaimana komunitas atau kelompok sosial
dapat hidup berdampingan dengan diversitas budaya atau komunitas subkultur yang
berbeda, seperti budaya kosmopolitarisme, globalisme, budaya popular, budaya
etnik, dan budaya lokal yang dilahirkan oleh masyarakat multikukural.
Permasalahan tersebut sangat relevan dengan semakin kuatnya penggunaan politik
identitas dalam berbagai konflik komunal di masa transisi seperti terjadi dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya. Adapun di antara sikap toleransi dan empati
sosial terhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan kebudayaan diwujudkan
dalam perilaku berikut ini. (kata siapa,
sumber !)
a. Pengembangan
sikap kepedulian terhadap sesuatu yang berbeda
Sebagai masyarakat yang
multikultural adalah sikap kepedulian terhadap budaya ataupun kelompok lain
yang berbeda perlu di kembangan dan di sosialisasikan sejak dini kepada
generasai penerus bangsa, agar tercipta kepekaan sosial dan kerja sama yang
saling menguntungkan di antara berbagai kelompok yang memiliki latar belakang
etis, agama, budaya, dan adat-adat yang berbeda.
b. Adanya
penerapan hukum yang konsekwen dan konsisten
Salah satu kunci
keberhasilan penerapan idiologi multikulturalisme adalah penerapan hukum yang
baik. Untuk menerapakan hukum yang
konsekwen dan konsisten serta membutuhkan orang-orang yang jujur dan
adil sehingga tidak memihak salah satu golongan atau kelompok.
c. Mengembangkan
sikap keterbukaan
Fudamentalisme pada
dasarnya memutlakan pendapaat seseorang mengenai kebenaran, ediologi atau agama
yang di anut, melalui bidang pendidikan, generasai muda harus lebih mengenal
berbagai kebudayaan yang masi hidup di tanah air. Memberi kesempataan untuk
mrngembangkan apresiasi dan toleransi dalam rangka terjadinya cross culture (lintas budaya) di
lingkungan generasi muda. Contoh yang bisa kita ambil adalah gerakan pramuka
dalam suatu jambore internasionlataupun pertukaran pelajar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manusia
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian sehingga membentuk
kelompok-kelompok sosial. Setiap kelompok sosial yang ada memiliki kehidupan
sosia budaya yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas (karakter) masing-masing
anggota masyarakat. Kelompok Sosial pad Masyarakat Multikultural
2. Suku
bangsa ditentukan oleh adanya kesadaran kelompok, pengakuan akan kesatuan
kebudayaan, dan juga persamaan asal-usul.
3. Terdapat
beberapa penggolongan kelompok sosial yaknik berdasarkan keteraturan kelompok
dan ketidakteraturan kelompok
4. Ciri-ciri
masyarakat Multikultural ialah adanyanya keanekaragaman suku bangsa, agama, dan
adat istiadat , adanya keanekaragaman budaya, adanya keanekaragaman agama
daerah, adanya keanekaragaman sosial-ekonomi.
5. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya masyarakat multikultural yakni,1)
keadaan geografis, 2) Pengaruh Budaya Asing, 3) Kondisi iklim yang berbeda, 4)
dan Integrasi nasional yang berasal dari kelompok suku bangsa yang
beranekaragam.
3.2 Saran
Kita
sebagai manusia tidak mungkin hidup tanpa orang lain, oleh karena itu kita
harus saling berhubungan dengan orang lain. Masyarakat memiliki unsur-unsur sosial
seperti kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga sosial, kebudayaan,
kekuasaan, dan stratifikasi. Unsur-unsur sosial dalam masyarakat senantiasa
berkembang dan berubah. Masing-masing unsur tersebut sifat dan perkembangannya
berbeda-beda karena mengalami perubahan akibat pengaruh lingkungan. Interaksi
antar satu individu dengan individu yang lain akan menimbulkan perubahan sosial
budaya. Oleh karena itu, sebagai manusia sudah sepatutnya kita mendekatkan diri
dengan kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat, agar kelompok sosial
yang ada di masyarakat semakin erat dan utuh, walaupun telah terjadi perubahan
sosial budaya.
0 comments:
Post a Comment