Saturday, 1 April 2017

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL


Untuk Mendownload File dalam bentuk .doc (microsoft word) silahkan klik link ini  

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Dosen Pengampu : Ruslan, S.Pd , M.Ed

Oleh:
Siti Fadhillah                                  1204108010011
Zati Hulwani                                   1204108010045
Syarifah Rahmi Safirah                  1204108010087

lambang_unsyiah








Tugas Kelompok
Diajukan guna memenuhi syarat Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dnegan judul “. Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk melengkapi tugas-tugas.
Dalam penulisan laporan ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Bapak Ruslan,S.Pd, M.Ed  yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
          Penulis berharap penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi para pembaca. Dengan disusunnya laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan belajar untuk pengembangan ilmu, serta menjadi inspirasi untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi kedepannya.



Banda Aceh, Maret 2015


       Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.........................................................................................................   i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................   ii
1.      BAB I PENDAHULUAN................................................................................. .....  1
1.1        Latar Belakang................................................................................................   1
1.2        Perumusan Masalah.........................................................................................   1
1.3        Tujuan Penulisan.............................................................................................   2
1.4        Manfaat penulisan...........................................................................................   3
1.5        Batasan Penulisan............................................................................................   3
1.6        Metode Penulisan............................................................................................   3
2.      BAB II PEMBAHASAN................................................................................... .....  5
2.1        Kelompok Sosial.............................................................................................   5
2.1.1  Pengertian...............................................................................................   6
2.1.2  Proses Pembentukan Kelompok Sosial..................................................   7
2.1.3  Klasifikasi Kelompok Sosial..................................................................   7
2.2        Masyarakat Multikultural................................................................................   17
2.2.1  Pengertian...............................................................................................   17
2.2.2  Citi-ciri Masyarakat Multikultural..........................................................   19
2.2.3  Multikultural di Indonesia......................................................................   20
2.2.4  Faktor-faktor  Penyebab timbulnya Masyarakat Multikultural..............   20
2.3        Dinamika Kelompok Sosial.............................................................................   22
2.4        Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural.................   24
2.5        Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural.............   29
2.5.1   Kelompok Masyarakat Indonesia berdasarkan Kehidupan Sosial dan Budayanya         ........................................................................................................... 30
2.5.2   Kelompok Masyarakat Indonesia berdasarkan Etnis, Agama, dan Stratifikasi Sosial    ........................................................................................................... 30
2.6        Masalah-masalah yang Timbul Akibat Keanekaragaman................................   31
2.6.1   Kesenjangan Multidimensional.............................................................   31
2.6.2   Konflik Antaretnis dan Antarpemeluk Agama yang Berbeda..............   32
2.7        Alternatif Pemecahan Berbagai Masalah Akibat Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural................................................................................   32
2.7.1   Alternatif Pemecahan Berbagai Masalah Konflik Antaretnis dan Antarpemeluk Agama...............................................................................................................   32
2.7.2   Alternaatif Pemecahan Masalah Proses Integrasi yang Bersifat Terpaksa                       32
2.7.3   Alternatif Pemecahan Masalah Kesenjangan Aaspek Kemasyarakatan   32
2.7.4   Alternatif Pemecahan Maslaah Kesenjangan yang Berkaitan dengan Aspek Material   ........................................................................................................... 33
2.7.5   Alternatif Pemecahan Masalah Kesenjangan Mayoritas dan Minoritas   33
2.7.6   Perlunya Pendidikan Multikultural........................................................   33
2.7.7   Kepercayaan dan Toleransi....................................................................   33
3.      BAB V PENUTUP............................................................................................. .....  36
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................   36
5.2 Saran...................................................................................................................   36
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................   37



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri, namun demikian mengapa kita harus hidup bermasyarakat? Seperti kita ketahui bersama bahwa manusia tidak mungkin hidup tanpa orang lain. Ia akan selalu berhubungan dengan orang lain. Masyarakat memiliki unsur-unsur sosial seperti kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga sosial, kebudayaan, kekuasaan, dan stratifikasi. Unsur-unsur sosial dalam masyarakat senantiasa berkembang dan berubah. Masing-masing unsur tersebut sifat dan perkembangannya berbeda-beda karena mengalami perubahan akibat pengaruh lingkungan. Dinamika ini terjadi karena manusia sebagai makhluk sosial saling berinteraksi antara satu individu dengan individu yang lain. Interaksi tersebut akan menimbulkan perubahan sosial budaya.
Bentuk hubungan tersebut salah satunya terwujud dalam kelompok-kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial tersebut selain sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan manusia juga merupakan komunitas yang dapat menjadi identitas seorang individu atau sekelompok manusia. Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam kelompok sosial dengan berbagai latar belakang, corak, dan kepentingan. Keberagaman kelompok tersebut sebagai akibat dari kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Misalnya kelompok suku bangsa, ras, etnik, agama, profesi, dan lain-lain. Kelompok-kelompok tersebut juga terbagi menjadi kelompok yang paling kecil, seperti keluarga, teman sepermainan, sampai pada negara, dan lain-lain.

1.2  Perumusan Masalah
Dari gambaran diatas terdapat beberapa masalah, maka penulis merumuskan masalah  sebagai berikut:
a.       Apa yang dimaksud dengan kelompok sosial?
b.      Apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural?
c.       Apa sajakah ciri-ciri masyarakat multikultural?
d.      Apa sajakah faktor-faktor penyebab timbulnya masyarakat multikultural?
e.       Bagaimanakah keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?
f.       Bagaimanakah perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?
g.      Apa sajakah permasalahan yang timbul akibat keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?
h.      Apa sajakah alternatif yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan akibat keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari kelompok sosial dan masyarakat multikultural serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhinya. Selain itu tujuan lainnya adalah unrtuk mengetahui kenekaragaman kelompok sosial perkembangan serta permasalahan yang timbul dari kelompok sosial didalam masyarakat multikultural dan alternatif pemecahan masalah.
1.3.1    Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.       Dapat mengetahui pengertian kelompok sosial.
b.      Dapat mengetahui tentang masyarakat multikultural.
c.       Mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya masyarakat multikultural.
d.      Mengidentifikasi berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
e.       Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
f.       Menganalisis dampak konflik sosial dalam masyarakat multikultural.
g.      Menganalisis penyebab keanekaragaman masyarakat multikultural.
h.      Mengetahui alternatif yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan akibat keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat  multikultural.

1.4  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.       Mahasiswa akan mampu memahami pengertian kelompok sosial yang ada di masyarakat dan perkembangan serta keanekaragaman kelompok sosial.
b.      Mahasiswa mampu memahami masalah-masalah yang timbul akibat keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
c.       Mahasiswa mengetahui alternatif pemecahan berbagai masalah akibat keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.

1.5  Metode Penulisan
Dalam proses penulisan makalah  ini, penulis menggunakan data dengan teknik studi literatur, yaitu mengumpulkan data dengan membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur–literatur, seperti jurnal, dan buku, yang berkaitan dengan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.






                        


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Kelompok Sosial 
Manusia adalah makhluk sosial, oleh karena itu manusia berusaha untuk hidup bersama. Sebagai makhluk sosial, tiap-tiap individu harus melakukan interaksi sosial hal ini untuk mendorong perkembangan hidup manusia. Pertemuan antarindividu yang menghasilkan kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak, komunikasi, kerja sama, akomodasi,asimilasi, dan akulturasi untuk mencapai tujuan bersama, bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian, dan konflik. Dengandemikian, interaksi merupakan syarat utama yang harus dipenuhi agar terbentuk kelompok sosial. Gejala pembentukan kelompok sosial ini sangat menarik untuk dikaji. Ada kecenderungan pembentukan kelompok atas dasar tertentu sepertitujuan, hubungan sosial, sifat, dan sebagainya. Menurut Soerjono Soekanto (115 ; 2005) suatu himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.       Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan,
b.      Ada hubungan timbal balik antaranggota,
c.       Ada suatu faktor yang dimiliki bersama seperti nasib, kepentingan, tujuan, ideologi politik, dan lain-lain.
d.      Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku, dan
e.       bersistem dan berproses.
Sedangkan menurut Robert K. Merton, terdapat tiga kriteria suatu kelompok, yaitu sebagai berikut.
a.       Kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi.
b.      Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok.
c.       Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.
Kelompok sosial bisa terjadi secara alami atau bisa pula dengan sengaja dibuat. Hal ini dikarenakan organisasi sosial ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut penjelasan lebih mendalam mengenai kelompok sosial.
2.1.1    Pengertian
Berikut beberapa pengertian tentang kelompok sosial menurut para ahli yaitu:
a.       Astrid Soesanto (tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah kesatuan dari dua atau lebih individu yang mengalami interaksi psikologis satu sama lain.
b.      Robert K. Merton (tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan.
c.       Hendropuspito (tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan yang nyata, teratur, dan tetap dari orang-orang yang melaksanakan peranannya yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang sama. Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur.
d.      Soerjono Soekanto (tahun, halaman)
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, antaranggotanya saling berhubungan, saling memengaruhi dan memiliki kesadaran untuk saling menolong.
e.       Bierens de Haan (tahun, halaman)
Kelompok sosial bukan merupakan jumlah anggotanya saja, melainkan suatu kenyataan yang ditentukan oleh datang dan pergi anggota-anggotanya. Kenyataan kelompok ditentukan oleh nilai-nilai yang dihadapi bersama oleh fungsi kelompok sebagaimana disadari oleh anggotanya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial adalah kumpulan anggota kelompok/orang yang saling berinteraksi antara sesama secara tetap dan teratur, dan tentunya memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya (sifat kebersamaan). Tidak semua orang yang berkumpul merupakan kelompok sosial. Mungkin saja berkumpulnya orang tersebut karena adanya rangsang tertentu dan bukan atas kesadaran jenis. Contohnya orang-orang yang sedang membeli karcis kereta api, orang yang sedang naik bis, orang yang sedang menonton sepak bola, dan sebagainya. Mereka sebenarnya juga merupakan kelompok, tetapi bersifat semu, dan tidak permanen.

2.1.2    Proses Pembentukan Kelompok Sosial
Proses pembentukan kelompok sosial disebabkan karena manusia memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Faktor pembentukan kelompok sosial ini dapat dilihat dari faktor-faktor pendorong timbulnya dan dasar pembentukannya, berikut penjelasannya. (KATA SIAPA?)
a.       Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial (SUMBER)
·         Dorongan untuk mempertahankan hidup
·         Dorongan untuk meneruskan keturunan
·         Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
b.      Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
·         Kesatuan Genealogis atau Faktor Keturunan
·         Kesatuan Religius
·         Kesatuan Teritorial (Community)
·         Kesatuan Kepentingan (Asosiasi)

2.1.3    Klasifikasi Kelompok Sosial
Konsep kelompok mempunyai berbagai makna. Di kalangan ahli sosiologi dijumpai berbagai usaha untuk mengklasifikasikan jenis kelompok. Salah satu di antaranya yaitu Robert Bierstedt. Bierstedt (tahun, hal) menggunakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu ada-tidaknya organisasi (formal), hubungan sosial di antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt membedakan empat jenis kelompok, yaitu sebagai berikut.
a.       Kelompok statistik (statistical group) merupakan kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut. Kelompok statistik hanya ada dalam arti analisis dan merupakan ciptaan para ilmuwan sosial. Contohnya, pengelompokan penduduk berdasarkan usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan sebagainya.
b.      Kelompok kemasyarakatan (societal group) merupakan kelompok yang hanya memiliki satu kriteria, yaitu kesadaran akan adanya persamaan di antara anggotanya. Di dalam kelompok ini belum ada kontak dan komunikasi antaranggota kelompok, juga belum ada pengorganisasian. Contohnya, kelompok berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), kelompok orang-orang miskin dan kaya, dan sebagainya.
c.       Kelompok sosial (social group) merupakan kelompok yang memiliki dua kriteria yaitu kesadaran jenis dan antaranggota saling berhubungan, tetapi belum ada pengorganisasian. Contohnya, kelompok teman, kelompok kerabat, dan kelompok-kelompok pada masyarakat tradisional seperti kesenian, olahraga, keagamaan atau majelis ta’lim.
d.      Kelompok asosiasi (associational group) dalam kelompok ini para anggotanya memiliki kesadaran jenis, yaitu dijumpainya persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Selain itu, para anggota asosiasi saling berhubungan melalui kontak dan komunikasi akibat adanya ikatan organisasi formal. Contohnya, sekolah, organisasi politik, Persatuan Guru Republik Indonesia, ikatan alumni suatu sekolah atau perguruan tinggi.
Didasarkan pada faktor-faktor yang melatarbelakanginya, kelompok-kelompok di masyarakat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.      Didasarkan Atas Kepentingan Bersama TanpaPengorganisasian (Kelompok Tidak Teratur)
Kelompok manusia yang dalam mekanismenya tanpa pengorganisasian atau kelompok sosial tidak teratur dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu sebagai berikut: (KATA SIAPA, SUMBER)
1)        Kerumunan Sosial
Kerumunan sosial atau social aggregate (agregasi) adalah sekumpulan orang yang berada di suatu tempat, akan tetapi di antara mereka tidak berhubungan secara tetap. Pengelompokan manusia seperti itu disebut juga kolektivitas, yaitu kumpulan manusia pada suatu tempat dan suatu waktu yang sifatnya sementara. Suatu kelompok manusia disebut kerumunan apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·         Orang-orang dalam suatu kerumunan sosial tidak saling mengenal.
·         Kehadiran orang-orang di tempat berkumpul hanya bersifat fisik atau tidak ada kontak batin.
·         Motivasi berkumpul disebabkan adanya sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum dan terjadi secara kebetulan.
·         Antara individu yang satu dan individu lainnya tidak terorganisasi.
·         Interaksi antarindividu bersifat spontan, tidak terduga, sangat lemah, dan singkat.
·         Orang-orang yang hadir dan berkumpul mempunyai kedudukan sosial yang sama (tidak berstruktur) walaupun berasal dari status sosial yang berbeda.
·         Setiap orang bebas masuk atau keluar dari tempat kerumunan.
·         Kerumunan terwujud pada tempat tertentu dan hanya untuk sementara.
·         Orang dalam kerumunan identitas pribadinya hilang karena pengaruh kumulatif atau sengaja menghilangkan identitas pribadinya untuk menyembunyikan status sosial yang sebenarnya.
Bentuk kerumunan yang dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
a)      Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
b)      Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowd)
c)      Kerumunan yang berlawanan dengan norma hukum (lawless crowds)
d)     Kerumunan pasif (crowd)
e)      Manifestasi umum (demonstration) atau unjuk rasa
f)       Kerumunan berdasarkan tempat tinggal (residential aggregate)
g)      Kerumunan fungsional (functional aggregate)

2)        Publik (sumber !)
Publik merupakan kelompok yang bukan merupakan kesatuan. Interaksi berlangsung melalui alat-alat komunikasi dan tidak langgeng. Contohnya, pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus atau gosip, surat kabar, radio, televisi, film, dan sebagainya. Dengan alat-alat penghubung seperti ini mungkin publik mempunyai pengikut yang luas dan berjumlah besar. Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan individual, misalnya pemungutan suara dalam pemilihan umum.

3)        Massa (sumber !)
Massa diartikan sebagai keseluruhan dari kerumunan sosial. Pengertian massa timbul sejalan dengan perkembangan masyarakat yang mengarah pada pola kehidupan modern. Oleh karena itu, pengertian massa menjadi ciri khas masyarakat modern yang pada umumnya bertempat tinggal di perkotaan. Ciri massa yang menonjol adalah suatu kumpulan orang yang heterogen sehingga identitasnya sulit diketahui. Keanekaragaman massa tampak dari diferensiasi status sosial, taraf hidup, pendidikan, keturunan, pekerjaan, dan agama.

b.      Didasarkan Atas Kepentingan Bersamadengan Pengorganisasian (Kelompok Teratur)
Kelompok manusia yang dalam mekanismenya berlangsung secara terorganisasi atau dengan pengorganisasian.
1)        Kelompok Dasar (Basic Group)
Kelompok dasar adalah kelompok yang dibentuk secara spontan dari bawah untuk melindungi anggota-anggotanya terhadap tekanan negatif dari masyarakat besar dan sekaligus berfungsi sebagai sumber kegiatan bagi pembaruan masyarakat besar (induk) itu sendiri. Suatu kesatuan manusia dikategorikan sebagai kelompok dasar apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (sumber !)
·         Kelompok dasar pada umumnya merupakan kelompok yang relatif kecil dan terdiri atas orang-orang yang tidak puas terhadap masyarakat sekitarnya.
·         Kelompok dasar dibentuk dari bawah secara spontan, tidak didasarkan atas perintah atau desakan unsur pimpinan masyarakat yang sedang memegang kekuasaan. Sering pembentukan kelompok dasar tidak direstui pemerintah karena bertentangan dengan kehendak pemerintah.
·         Kelompok dasar dibentuk khusus guna melindungi anggota kelompoknya dan secara umum melindungi masyarakat luas dari tekanan anonim unsur kekuasaan yang merugikan lapisan bawah.
·         Kelompok dasar dapat berfungsi sebagai pembaharu masyarakat besar (masyarakat politik atau negara dan masyarakat agama) yang dirasa telah kehilangan vitalitasnya dalam menjalankan fungsi-fungsi sosialnya.
Contoh kelompok dasar yang terdapat di masyarakat di antaranya kelompok yang berlandaskan agama. Kelompok agama muncul karena unsur-unsur penting telah kehilangan fungsinya bagi masyarakat.

2)        Kelompok Besar (Big Group) dan Kelompok Kecil (Small Group)
Besar kecilnya suatu kelompok ditentukan oleh kriteria tugas-tugas sosial dan jumlah anggotanya. Suatu kelompok disebut besar apabila bobot tugas yang ditangani atau tugas-tugas sosial yang dilaksanakannya penting dan universal. Tugas-tugas tersebut mencakup pemenuhan kebutuhan dasar guna mempertahankan kehidupan masyarakat. Kelompok besar adalah kelompok yang memiliki jumlah anggota relatif besar dan biasanya terbentuk dari beberapa kelompok kecil yang masing-masing kelompok menangani tugas tertentu. Kebutuhan sosial yang dinilai umum sebagai kebutuhan dasar harus selalu ada dalam setiap masyarakat, yaitu ekonomi, politik, pendidikan, keagamaan, kesenian, dan sebagainya.
Kelompok kecil adalah kelompok yang jumlah anggotanya relatif kecil (paling sedikit dua orang) dan dibentuk atas dasar kebutuhan atau kepentingan kecil dan spesifik. Kelompok-kelompok kecil selalu timbul atau pasti akan timbul di dalam kelompok yang lebih besar dan luas. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan yang berbeda. Manusia memerlukan bantuan dan perlindungan dari sesamanya. Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas dan sebagainya. Keadaan yang demikian menyebabkan timbulnya kelompok kecil (small group). Contohnya, kelompok belajar dan kelompok diskusi merupakan kelompok kecil dari suatu kelompok pendidikan (sekolah).
Kelompok kecil mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelompok besar sebab memiliki beberapa alasan, yaitu sebagai berikut:
·         Kelompok kecil mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat dan perilaku setiap individu. Kelompok kecil, dimana seseorang menjadi anggota, tidak saja merupakan sumber simpati, tetapi juga sebagai sumber ketegangan, tekanan, dan kekecewaan.
·         Dalam kelompok kecil, pertemuan antara kepentingan sosial dengan kepentingan individu berlangsung secara tajam dan jelas.
·         Kelompok kecil pada hakikatnya merupakan sel yang menggerakkan suatu organisme yang dinamakan masyarakat.
·         Kelompok-kelompok kecil merupakan bentuk khusus dalam kerangka sosial secara keseluruhan. Kelompok kecil seolah-olah miniatur masyarakat yang mempunyai pembagian kerja, kode etik, pemerintahan, prestise, ideologi, dan sebagainya. ((semuanya pendapat siapa, sumber !)

3)        Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
·         Kelompok primer (primary group) adalah kesatuan hidup manusia yang ditandai dengan hubungan antaranggotanya yang berlangsung secara tatap muka, saling mengenal, mesra dan akrab, kerjasama yang erat dan bersifat pribadi. Faktor-faktor yang memungkinkan hubungan manusia dalam suatu kelompok berlangsung secara akrab dan mesra di antaranya sebagai berikut: ((semuanya pendapat siapa, sumber !)
·         Jumlah anggota relatif kecil sehingga mereka saling mengenal kepribadian masing-masing.
·         Adanya rasa solidaritas yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Mereka merasa mempunyai kepentingan yang sama, memegang nilai-nilai budaya yang sama, berasal dari keturunan yang sama.
·         Merasa mempunyai nasib yang sama karena pengalaman sejarah yang sama. Contohnya, kelompok primer, yaitu keluarga beserta kerabatnya.
Kelompok sekunder (secondary group) adalah kelompok yang hubungan antaranggotanya kurang akrab, renggang bahkan tidak saling mengenal. Dalam kehidupan masyarakat setiap orang pada umumnya memiliki dua keanggotaan sekaligus. Selain sebagai anggota kelompok primer, dia juga sebagai anggota kelompok sekunder. Faktor yang menyebabkan terbentuknya kelompok sekunder adalah hasrat dan kebutuhan hidup. Hasrat dan kebutuhan hidup itulah yang mendorong manusia untuk hidup berkelompok. Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin hidup bersama dan tidak mungkin dapat bertahan hidup tanpa manusia lain. Pada saat suatu kebutuhan tidak bisa dipenuhi oleh diri sendiri atau kelompoknya (primer), manusia akan membentuk atau memasuki kelompok sekunder.
Manusia sebagai pribadi dalam kelompok sekunder kurang mendapat perhatian sebab yang menjadi pusat perhatian adalah tugas dan prestasi kerja. Contohnya, dalam sebuah perusahaan, aspek yang dihargai dari seseorang adalah kepandaian, keterampilan, keluwesan bekerja sama, dan kepemimpinannya. Demi efisiensi, prinsip utamanya adalah menempatkan seseorang untuk melakukan suatu jenis pekerjaan sesuai dengan keahliannya.

4)        Kelompok Dalam (In-Group) dan Kelompok Luar (Out-Group)
Istilah in-group atau kelompok dalam muncul ketika para anggota suatu kelompok merasa bahwa mereka mempunyai suatu tujuan dan cita-cita yang sama, menaati norma-norma yang sama, nasib yang sama. Kelompok tersebut menganggap inilah kelompok kami atau orang-orang kita. Dalam ucapan, sikap dan perilakunya terkandung makna bahwa orang lain yang bukan termasuk kelompoknya (orang luar). Contohnya, kami warga RT 007 sedangkan mereka warga RT 10; kami siswa Kelas XI, sedangkan mereka siswa Kelas X. Sikap out-group atau kelompok luar ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Hubungan dengan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya berlangsung kurang akrab, dan berhati-hati. Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam dan luar kelompok merupakan suatu sikap yang dinamakan fanatisme, yaitu suatu sikap untuk menilai orang lain dengan menggunakan nilai-nilai dan norma kelompok sendiri. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu dalam kelompoknya adalah yang terbaik. Menilai kelompok lain sering kali bersifat stereotip, yaitu gambaran atau anggapan dari suatu kelompok terhadap kelompok lain yang bersifat merendahkan obyek tertentu atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sikap stereotip mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti agama atau kepercayaan, etnis, pekerjaan, dan sebagainya.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat walaupun kepentingannya berbeda-beda. Dalam masyarakat bersahaja mungkin jumlahnya tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan masyarakat kompleks sebab pembedaan unsur-unsur sosial tidak tampak secara jelas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap kelompok sosial adalah in-group bagi anggotanya dan out-group bagi anggota kelompok.

5)        Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesselschaft)
·         Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut bersifat nyata dan organis yang dapat diumpamakan tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabat, rukun tetangga, dan sebagainya. Suatu kelompok dinamakan paguyuban apabila mempunyai beberapa ciri berikut: ((semuanya pendapat siapa, sumber !)

·         Intimate, hubungan menyeluruh dan akrab.
·         Private, hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.
·         Exclusive, hubungan tersebut hanya untuk kita saja dan tidak untuk orang lain di luar kita.
Di dalam paguyuban terdapat suatu kemauan bersama. Ada suatu pengertian serta kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Menurut Tonnies ( thn, hal) –pustaka-, dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban.
a)      Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood) yaitu paguyuban yang terbentuk didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Contohnya, keluarga, kelompok kekerabatan.
b)      Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place) yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling menolong. Contohnya, rukun tetangga, rukun warga, atau arisan.
c)      Paguyuban karena jiwa dan pikiran (gemeinschaft of mind) merupakan suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai pikiran dan ideologi yang sama.
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran berkala serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk gesselschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik. Contohnya, ikatan pedagang, organisasi pengusaha, atau sarikat buruh.

6)        Kelompok Informal (Informal Group) dan Kelompok Formal (Formal Group)
Kelompok informal adalah kesatuan hidup manusia yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan berulang kali dan pertemuan tersebut menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya, Klik (clique) yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota, biasanya bersifat antara kita saja (egalitas). Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh angota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggota-angotanya. Hubungan antaranggota berlangsung secara terkoordinasi melalui usaha-usaha untuk mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Kegiatannya didasarkan pada aturan-aturan yang sebelumnya sudah ditentukan. Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Staf administratif bertanggungjawab memelihara organisasi dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan organisasi. Contohnya, unit kepolisian lalu lintas terdiri atas bagian-bagian, yaitu bagian administrasi, lapangan atau patroli, logistik, pembinaan atau penyuluhan.

2.2  Masyarakat Multikultural
2.2.1    Pengertian
Dalam suatu masyarakat pasti akan menemukan banyak kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan karakteristik itu berkenaan dengan tingkat diferensiasi dan stratifikasi sosial. Masyarakat seperti ini disebut sebagai masyarakat multikultural. Masyarakat multikultural sering juga disebut masyarakat majemuk. Berikut ini adalah beberapa pengertian masyarakat multikultural.
a.       Menurut Furnival
Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain. Menurut ilmuan ini, berdasarkan konfigurasi dan komunitas etnik dibedakan menjadi empat kategori sebagai berikut:
1)      Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang.
Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau etnik yang mempunyai kekuatan kompetitif tidak yang kurang lebih seimbang. Kualisi lintas etnik sangat diperlukan untuk pembentukan suatu masyarakat yang stabil.
2)      Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan
Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas etnik dengan kekuatan kompetitif lebih besar daripada kelompok lainnya. Atau, suatu kelompok etnis mayoritas mendominasi kompetisi politik atau ekonomi sehingga posisi kelompok-kelompok yang lain menjadi kecil.



3)      Masyarakat mejemuk dengan minoritas dominant.
Merupakan suatu masyarakat di mana satu kelompok etnik minoritas mempunyai keunggulan kompetitif yang luas sehingga mendominasi kehidupan politik atau ekonomi masyarakat.
4)      Masyarakat majemuk dengan fragmentasi.
Merupakan masyarakat yang terdiri atas sejumlah kelompok etnik, tetapi semuanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak ada satu kelompok pun yang mempunyai posisi politik atau ekonomi yang dominant. Masyarakat demikian ini sangat stabil tetapi masih mempunyai potensi konflik karena rendahnya kemampuan pembangunan koalisi.
b.      Menurut Dr. Nasikun (thn, halaman >>daftar pustaka)
Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keselutuhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.
c.       Multikultural menurut ahli (Suparlan ; 2002), masukin daftar pustaka namanya. merupakan sebuah ideologi yang mengagungkan perbedaan budaya atau sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme (keberagaman) budaya sebagai suatu corak kehidupan masyarakat. Multikulturalisme mengangungkan dan berusaha melindungi keanekaragaman budaya termasuk kebudayaan dari mereka yang tergolong minoritas.
Pengertian multikulturalisme sebuah masyarakat bangsa dilihat sebagai sebuah kebudayaan bangsa yang merupakan mainstream seperti sebuah mozaik dan di dalam kebudayaan bangsa tersebut terdapat berbagai perbedaan corak budaya.
Multikulturalisme merupakan pengikat dan jembatan yang mengakomodasi berbagai perbedaan, termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu terwadahi di tempat umum, tempat kerja, pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Sementara itu, kesukubangsaan dan masyarakat suku bangsa dengan kebudayaan suku bangsanya tetap dapat hidup dalam ruang lingkup atau suasana kesukubangsaannya. Namun, dalam suasana nasional dan tempat umum yang seharusnya menjadi ciri adalah kebangsaan dengan pluralisme budayanya, dan bukan suatu kesukubangsaan atau suatu kebudayaan suku bangsa tertentu yang dominan.

2.2.2    Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural
Masyarakat Indonesia mewujudkan adanya keanekaragaman tingkat perkembangan masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa, daerah, ras dan sebagainya. Sesuai dengan kenyataan yang ada, di dalam masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam suku bangsa atau subsuku bangsa mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Selain perbedaan suku bangsa juga terdapat perbedaan agama, daerah, ras dan pelapisan sosial yang silang menyilang antara satu dengan yang lainnya.
·         Maka ciri-ciri masyarakat Indonesia yang multikultur adalah sebagai berikut: semuanya kata siapa, sumber !)

a.       Adanya keanekaragaman suku bangsa, agama, dan adat istiadat.
b.      Adanya keanekaragaman budaya.
c.       Adanya keanekaragaman agama daerah.
d.      Adanya keanekaragaman sosial-ekonomi.



2.2.3    Multikultural di Indonesia
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun secara kebudayaan (Fay, 1996, Jary dan Jary 1991, Watson 2000) –pustaka). Dalam model multikulturalisme, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Pada mozaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mozaik (Reed, 1997)ini daftar pustakanya mana. Model multikulturalisme sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak kebudayaan di daerah”. Walaupun multikulturalisme itu telah digunakan oleh pendiri bangsa Indonesia untuk mendesain kebudayaan bangsa Indonesia, pada umumnya orang Indonesia masa kini memandang multikulturalisme sebagai sebuah konsep asing. Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk karena multikulturalisme menekankan keragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Alasan mengenai multikulturalisme setidaknya juga harus mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip etika dan mokral, dan tingkat serta mutu produktivitas.

2.2.4    Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat Multikultural
Adapun fajtor-faktor penyebab timbulnya masyarakat multikultural adalah sebagai berikut: kata siapa. Sumber
a.       Keadaan Geografis
Keadaan geografis wilayah Indonesia yang terdiri lebih dari 17 ribu pulau, merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya multikultural suku bangsa di Indonesia. Keadaan geografis yang telah mengisolir penduduk yang menempati pulau dan daerah menumbuhkan kesatuan suku bangsa yang berbeda-beda.
b.      Pengaruh Kebudayaan Asing
Kepulauan Indonesia merupakan jalur lalu lintas perdagangan antara India, Cina, dan wilayah Asia Tenggara. Melalui para pedagang asing pengaruh kebudayaan dan agama masuk ke wilayah Indonesia.
c.    Kondisi Iklim yang Berbeda
Wilayah lingkungan hidup suku-suku bangsa juga memperlihatkan variasi yang berbeda-beda. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda di Indonesia, yakni daerah pertanian sawah yangbanyak dijumpai di pulau jawa dan Bali, serta daerah pertanian lading yang banyak dijumpai di luar pulau jawa. Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan antara pulau jawa dengan luar jawa dalam bidang kependudukan, ekonomi, sosial dan budaya.
d.      Integrasi Nasional yang Berasal dari Kelompok Suku Bangsa yang Beranekaragam
Integrasi suku bangsa dalam kesatuan nasional menajdi bangsa Indonesia disebabkan oleh empat peristiwa penting yakni :
1)        Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit telah mempersatukan suku bangsa-suku bangsa Indonesia dalam satu kesatuan politis, ekonomis dan sosial.
2)        Kekuasaan kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad telah menyatukan suku bangsa-suku bangsa Indonesia dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita.
3)        Selama periode pergerakan nasional, para pemuda Indonesia telah menonjolkan isu kesukubangsaan dan melahirkan sumpah pemuda yang terkenal pada tahun 1928.
4)        Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 yang mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia yang mengalami nasib yang sama di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.

2.3  Dinamika Kelompok Sosial
Aspek yang dikaji dalam dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut:
(pendapat siapa?_
1.      Kohesi atau persatuan
Dalam hal ini akan terlihat tingkah laku dalam suatu kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota dan arah pilihan.
2.      Motif atau dorongan
Hal ini akan terlihat pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok.
3.      Struktur
Hal ini akan terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, dan pembagian tugas.
4.      Pimpinan
Pimpinan sangat penting pada kehidupan kelompok sosial.
5.      Perkembangan kelompok
Perkembangan kelompok dapat dilihat dari perubahan dalam kelompok, perpecahan kelompok, keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok, dsb.
·         Adapun faktor-faktor pendorong dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut: ((semuanya pendapat siapa yaa)
1. Faktor dari luar kelompok (ekstern)
Faktor pendorong dari luar kelompok merupakan pengaruh luar yang menyebabkan  berkembangnya suatu kelompok sosial, antara lain :
a.         Perubahan situasi sosial
Adanya perubahan situasi sosial seperti; pemekaran wilayah, masuknya industrialisasi ke daerah-daerah pedesaan, dan adanya penemuan-penemuan baru dapat mendorong perkembangan suatu kelompok sosial.                                      
b.        Perubahan situasi ekonomi
Perubahan ini dapat menyebabkan suatu kelompok sosial berkembang, misalnya: dalam masyarakat perkotaan yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang lebih tinggi dibanding masyarakat pedesaan.
c.         Perubahan situasi politik
Perubahan situasi politik seperti pergantian elite kekuasaan atau perubahan kebijaksanaan yang dilakukan elite kekuasaan dapat menyebabkan perkembangan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.

1.      Faktor Pendorong dari Dalam Kelompok (intern)

Faktor ini merupakan kondisi dalam kelompok yang menyebabkan perkembangan suatu kelompok, antara lain :
a.       Adanya konflik antaranggota kelompok
Konflik yang terjadi di dalam kelompok dapat menyebabkan keretakan dan berubahnya pola hubungan sosial.
b.      Adanya perbedaan kepentingan
Ketika dalam suatu kelompok sosial terdapat perbedaan kepentingan, maka kelangsungan kelompok sosial tersebut dapat terpecah. Anggota kelompok yang merasa tidak sepaham akan memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain yang sepaham dengannya.
c.       Adanya perbedaan paham
Perbedaan paham di antara kelompok sosial dapat mempengaruhi kelompok sosial secara keseluruhan.
 
2.4  Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia

Multikultural berasal dari kata multi yang berarti banyak (lebih dari dua) dan culture artinya kebudayaan. Secara sederhana, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan kehidupan masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi untuk mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakatnya. Menurut Fuad Hassan thn, hal /pustaka, setiap masyarakat pendukung kebudayaan (culture bearers) cenderung menjadikan kebudayaannya sebagai kerangka acuan bagi prikehidupan sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai kebersamaan yang unik. Oleh karena itu, perbedaan antarkebudayaan justru bermanfaat dalam mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut.
Multikultural masyarakat dalam tatanan sosial agama dan suku bangsa telah ada sejak zaman nenek moyang. Kebhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan secara damai merupakan kekayaan yang tak ternilai dalam khazanah budaya nasional. Diunggulkannya suatu nilai oleh seseorang atau sekelompok masyarakat bukan berarti tidak dihiraukannya nilai-nilai lain, tetapi kurang dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku dibandingkan dengan nilai yang diunggulkannya. Oleh karena itu, permasalahan multikultural justru merupakan suatu keindahan apabila identitas setiap budaya dapat bermakna dan diagungkan oleh masyarakat pendukungnya, serta dapat dihormati oleh kelompok masyarakat lain. Hal ini untuk kebanggaan dan sifat egoisme kelompok apalagi apabila diwarnai kepentingan politik tertentu seperti digunakannya simbol-simbol budaya Jawa yang salah kaprah untuk membangun struktur dan budaya politik yang sentralistik.
Keragaman atau multikulturalisme merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini, dan di waktu-waktu mendatang. Multikulturalisme secara sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Sebaliknya, negara tidak mengandung kebudayaan nasional yang tunggal. Akan tetapi, keragaman tersebut hendaklah tidak ditafsirkan secara tunggal. Komitmen untuk mengakui keragaman merupakan salah satu ciri dan karakter utama masyarakat, negara-bangsa. Keragaman tidak lantas menjadi sumber kekacauan, distruksi sosial ataupun konflik yang berkepanjangan. Hal tersebut disebabkan adanya simbol-simbol, nilai-nilai, struktur-struktur, dan lembaga-lembaga dalam kehidupan bersama.
Masyarakat Indonesia adalah gabungan semua kelompok manusia yang hidup di Indonesia. Suatu kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, dan agama. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Akan tetapi, keadaan multikultural tersebut berhadapan dengan kebutuhan untuk menyusun suatu kebudayaan nasional Indonesia yang dapat menjadi kekuatan pemersatu bangsa. Pandangan “multikultural” sebenarnya bukanlah hal yang baru di Indonesia. Prinsip Indonesia sebagai negara “bhinneka tunggal ika”, mencerminkan bahwa meskipun Indonesia adalah multikultural, tetapi tetap terintegrasi dalam kesatuan.
Pembentukan masyarakat multikultural Indonesia tidak bisa secara taken for granted atau trial and error. Harus diupayakan secara terprogram, terintegrasi dan berkesinambungan. Keragaman suku bangsa merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia yang seringkali dibanggakan. Banyak yang belum menyadari bahwa keragaman tersebut juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semuanya ini, memiliki fokus terhadap kolaborasi, kerja sama dan negosiasi perbedaan-perbedaan untuk menyelesaikan konflik. Sebagian besar masyarakat Indonesia menekankan pada kehidupan bersama, saling mendukung, dan menghormati satu sama lain dalam berbagai hak dan kewajiban personal maupun komunal. Pada tahap ini, komitmen terhadap nilai-nilai tidak dapat dipandang berkaitan hanya dengan eksklusivisme personal dan sosial, atau dengan superioritas kultural, tetapi lebih jauh lagi dengan kemanusiaan (humanness), komitmen, dan kohesi kemanusiaan termasuk di dalamnya melalui toleransi, saling menghormati hak-hak personal dan komunal.
Manusia, ketika berhadapan dengan simbol-simbol, doktrin-doktrin, prinsip-prinsip dan pola-pola tingkah laku, sesungguhnya mengungkapkan dan sekaligus mengideal isasikan komitmen kepada kemanusiaan (baik secara personal maupun komunal) dan kebudayaan yang dihasilkannya. Dalam konteks ini, multikulturalisme dapat pula dipahami sebagai “kepercayaan” kepada normalitas dan penerimaan keragaman. Pandangan dunia multikulturalisme seperti ini dapat dipandang sebagai titik tolak dan fondasi bagi kewarganegaraan yang beradab. Multikulturalisme dapat dipandang sebagai landasan budaya (cultural basic) bagi kewarganegaraan dan pendidikan. Masyarakat Indonesia adalah seluruh gabungan semua kelompok manusia yang hidup di Indonesia. Suatu kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain sehingga bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Multikulturalsime adalah sebuah ideologi, alat, atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Sebagai sebuah ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, ekonomi dan bisnis, politik, dan berbagai kegiatan lainnya di masyarakat. Kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antarmanusia dalam berbagai manajemen pengelolaan sumber daya, merupakan sumbangan sangat besar dan penting dalam upaya mengembangkan serta memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana, melainkan juga sebuah ideologi yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakat. Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri, terpisah dari ideologi-ideologi lainnya. Multikulturalisme membutuhkan seperangkat konsep yang merupakan bangunan konsep-konsep untuk dijadikan acuan dalam memahami dan mengembang kan kehidupan bermasyarakat. Untuk dapat memahami multikulturalisme, diperlukan landasan pengetahuan berupa konsep-konsep yang relevan dan mendukung keberadaan serta berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Konsep-konsep tersebut harus dikomunikasikan di antara para ahli yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang multikulturalisme sehingga terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam memperjuangkan ideologi ini. Kelompok sosial merupakan kelompok yang dinamis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Untuk meneliti gejala tersebut, perlu ditelaah lebih lanjut perihal dinamika kelompok sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial bersifat lebih stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainnya atau strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok.
Ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami perubahanperubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut karena pengaruh dari luar. Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial terjadi karena konflik antarindividu dalam kelompok atau karena adanya konflik antarbagian kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan di dalam kelompok itu sendiri. Ada bagian atau segolongan dalam kelompok itu yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lainnya; ada kepentingan yang tidak seimbang sehingga timbul ketidakadilan; ada pula perbedaan paham tentang cara-cara memenuhi tujuan kelompok dan lain sebagainya. Semuanya itu mengakibatkan perpecahan di dalam kelompok hingga timbul perubahan struktur. Timbulnya struktur yang baru pada akhirnya juga bertujuan untuk mencapai keadaan yang stabil. Tercapainya keadaan yang stabil sedikit banyak juga bergantung pada faktor kepemimpinan dan ideologi yang dengan berubahnya struktur, mungkin juga mengalami perubahanperubahan. Kadang-kadang konflik dalam kelompok sosial dapat dikurangi atau bahkan dihapuskan, misalnya dengan mengadakan “kambing hitam” (scapegoating) atau kelompok tersebut menghadapi musuh bersama dari luar.  Perubahan struktur kelompok sosial karena sebab-sebab dari luar. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: (pendapat siapa) (1) Perubahan situasi atau keadaan di mana kelompok tadi hidup. Perubahan pada situasi dapat pula mengubah struktur kelompok sosial tadi. Ancaman dari luar, misalnya seringkali merupakan faktor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok sosial. Situasi membahayakan yang berasal dari luar memperkuat rasa persatuan dan mengurangi keinginan-keinginan para anggota kelompok sosial untuk mementingkan diri sendiri. (2) Pergantian anggota-anggota kelompok, contohnya, personalia suatu pasukan. Angkatan bersenjata sering mengalami pergantian dan hal itu tidak selalu mengakibatkan perubahan struktur secara keseluruhan. Akan tetapi, ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami kegoncangan-kegoncangan apabila ditinggalkan salah seorang anggotanya, apalagi kalau anggota yang bersangkutan mempunyai kedudukan penting misalnya, dalam suatu keluarga. Apabila seorang ayah yang menjadi tulang punggung keluarga kemudian meninggal dunia, hal ini dapat menimbulkan guncangan besar terhadap keluarga tersebut. Bisa saja keluarganya jatuh miskin karena tidak ada lagi yang menanggung kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. (3) Perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi. Misalnya, dalam keadaan depresi suatu keluarga akan bersatu untuk menghadapinya walaupun anggota-anggota keluarga tersebut mempunyai agama ataupun pandangan politik yang berbeda satu dengan lainnya.
Di dalam dinamika kelompok, mungkin terjadi pertentangan antarkelompok. Apabila terjadi peristiwa tersebut maka secara hipotesis prosesnya adalah sebagai berikut. (kata siapa)
·         Apabila dua kelompok bersaing, akan timbul stereotip.
·         Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan, tidak akan mengurangi sikap bermusuhan itu sendiri.
·         Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama, dapat menetralisasi kan sikap bermusuhan.
·         Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi positif.
Konflik antarkelompok mungkin terjadi karena persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan tertentu. Di samping itu, mungkin ada pemaksaan agama, dominasi politik atau adanya konflik tradisional yang terpendam. Contohnya, adalah hubungan antara kelompok mayoritas dan minoritas. Reaksi golongan minoritas kelompok mungkin dalam bentuk sikap tindak menerima, agresif, menghindari atau asimilasi. Masalah dinamika kelompok, juga menyangkut gerak atau perilaku kolektif. Gejala tersebut merupakan suatu cara berpikir, merasa dan beraksi suatu kelompok individu yang serta merta dan tidak berstruktur. Sebab-sebab suatu kumpulan individu menjadi agresif antara lain adalah: (pendapat siapa, sumber )
·         frustasi selama jangka waktu yang lama;
·         tersinggung;
·         dirugikan;
·         ada ancaman dari luar;
·         diperlukan tidak adil;
·         terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif.
Contoh kasusnya adalah perkembangan yang terjadi dalam dunia politik di negeri kita, yang memperlihatkan partai peserta pemilu dari yang semula berjumlah hanya tiga partai pada masa Orde Baru, kemudian berubah setelah memasuki masa pasca reformasi menjadi sistem multipartai yang memunculkan puluhan partai. Hal menandakan bahwa dinamika yang terjadi di masyarakat terjadi karena perubahan pola pikir dan sistem pemerintahan. Kelompok dalam bidang politik pada akhirnya memiliki tujuan dan cara yang berbeda dalam melaksanakan kemajuan masing-masing. Contoh lainnya adalah dalam bidang pendidikan, yaitu terjadinya perubahan kurikulum yang digagas oleh kelompok pendidik yang memiliki gagasan baru dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan.

2.5  Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia

Dalam masyarakat multikultural, keanekaragaman suku bangsa, agama, serta stratifikasi sosial telah menumbuhkan kelompok-kelompok sosial ataupun lembaga-lembaga sosial yang berjalan sendiri-sendiri.


2.5.1    Tipe Masyarakat Indonesia Berdasarkan Kehidupan Sosial Budayanya

Menurut Koentjaraningrat mengklasifikasikan warna masyarakat dan  kebudayaan  Indonesia, sedikitnya dikelompokkan ke dalam enam tipe sosial budaya berikut ini : (sumber !)
a.       Tipe masyarakat berdasarkan system berkebun yang sangat sederhana, system kemasyarakatan berupa desa terpencil tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang kuat.
b.      Tipe masyarakat pedesaan dengan bercocok tanam di ladang atau di sawah, sistem kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi yang sedang
c.       Tipe masyarakat kota menjadi orientasinya mewujudkan suatu peradaban yang bekas kerajaan berdagang dengan pengaruh kuat dari agama islam.
d.      Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di sawah, sistem dasar kemasyarakatannya berupa komunitas dengan diferensiasi dan stratifikasi yang sangat kompleks.
e.       Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor perdagangan dan industri lemah.
f.       Tipe masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suatu sektor perdangan dan industri yang agak berarti, tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintahan dengan suatu sektor kepegawaian yang luas.

2.5.2    Kelompok Masyarakat Indonesia Berdasarkan Etnis, Agama, dan   Stratifikasi Sosial (sumber !)
a.         Kelompok etnis
Kelompok etnis merupakan bentuk kelompok sosial yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap dan system politik.
b.        Kelompok sosial keagamaan
Dalam masyarakat Indonesia yang multicultural, perbedaan agama merupaka salah satu kekayaan bangsa. Dengan adanya perbedaan keyakinan tersebut, maka timbullah kelompok kelompok sosial baik yang formal, maupun informal berdasarkan keyakinan agama tertentu.
c.       Kelompok sosial berdasarkan stratifikasi sosial
Kelompok-kelompok sosial berdasarkan stratifikasi sosial ditentukan bukan hanya oleh aspek ekonomi semata, melainkan juga aspek profesionalitas seseorang. Keinginan untuk maju menyebabkan pendidikan mendapat tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat industri.

2.6  Masalah-Masalah yang Timbul Akibat Keanekaragaman (sumber !)
2.6.1    Kesenjangan Multidimensional
Beberapa kesenjangan multidimensional yang terjadi dalam masyarakat multikultural Indonesia antara lain :
a.         Kesenjangan aspek kemasyarakatan
Kesenjangan ini mencakup penyelenggaraan organisasi sosial, system politik dan system hukum.
b.        Kesenjangan sosiogeografis antara pulau jawa dan pulau-pulau Indonesia lainnya, kecuali Bali.
Kesenjangan ini terlihat pada umumnya diakui sebagai kesenjangan dalam hal kepadatan penduduk, kemajuan tingkat pendidikan dan tingkat kemakmuran serta keterlibatan komunikasi serta telekomunikasi nasional maupun internasional.
c.         Kesenjangan yang berkaitan dengan aspek material yaitu kegiatan ekonomi.
d.        Kesejangan antara mayoritas dan minoritas, yakni :
·           Kesenjangan antara pribumi dan non pribumi
·           Kesenjangan antara penganut agama mayoritas dan minoritas
·           Kesenjangan antara kaya dan miskin
·           Kesenjangan yang menyangkut sosiokultur yakni struktur piramida kekuasaan

2.6.2    Konflik Antaretnis dan Antarpemeluk Agama yang Berbeda
Konflik antaretnis adalah konflik antara kelompok suku bangsa yang tergolong pribumi dengan kelompok suku bangsa pendatang,yang diakibatkan oleh adanya perbuatan sejumlah warga pendatang (oknum) yang bertindak sebagai preman dan kriminal.

2.7  Alternatif Pemecahan Berbagai Masalah Akibat Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
2.7.1    Alternatif Pemecahan Masalah Konflik Antarentis dan Antarpemeluk Agama
Pandangan primordialisme yang menggiring manusia menuju sikap tertutup dan kepicikan harus segera di revisi dan direformasi, sikap menganggap dirinya memiliki kebudayaan yang superior perlu diwaspadai sehingga tidak merusak tatanan sosial. Nilai-nilai positif dari bangsa asing harus kita contoh demi kemajuan kita bersama.

2.7.2    Alternatif Pemecahan Masalah Proses Integrasi yang Bersifat Terpaksa
Untuk menciptakan suatu integrasi sosial memang sangat sulit dilakukan terutama dalam masyarakat yang memiliki tingkat keanekaragamaan kelompok sosial yang tinggi diperlukan dengan sikap pengorbanan sikap toleransi yang besar dan upaya yang kuat untuk melawan prasangka dan diskriminasi. Dengan demikian, yang harus dikembangkan adalah pendidikan multikultural dan paham multikulturalisme yang mengakui keberadaan etnis dan budaya masyarakat suatu bangsa dan menepatkannya dalam kesetaraan derajat.

2.7.3    Alternatif Pemecahan Masalah Kesenjangan Aspek Kemasyarakatan
Salah satu upaya untuk meminimalkan kesenjangan dalam aspek kemasyarakatan adalah ditetapkannya otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada masyarakat daerah dalam mengatur urusan daerahnya sendiri
.
2.7.4    Alternatif Pemecahan Masalah Kesenjangan yang Berkaitan dengan Aspek Material
Untuk mengatasi suatu kesenjangan aspek material dan pembangunan antara jawa dan luar jawa misalnya, antara desa dan kota atau antara miskin dan kaya memang dibutuhkan upaya dari berbagai pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun masyarakat dan lembaga-lembaga terkait. Dengan adanya otonomi diharapkan daerah dapat mengembangkan potensi alam dan juga potensi sumber daya manusianya agar dapat bersaing menyongsong eraglobalisasi.

2.7.5    Alternatif Pemecahan Masalah Kesenjangan Mayoritas dan Minoritas
Tantangan bagi kita sebagai bangsa adalah bagaimana kita dapat hidup damai dengan kenyataan adanya golongan dalam masyarakat kita, baik mayoritas maupun minoritas apapun latarbelakang, suku, ras, agama, kebudayaan, bangsa ataupun asal usulnya. Kemudian yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita menjalin hubungan serta kerja sama dan saling menerima, saling menbantu, dan saling menguntungkan.

2.7.6    Perlunya Pendidikan Multikultural
Untuk mendukung dan menyosialisasikan paham multikulturalisme di butuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Dalam hal ini di butuhkan beberapa prilaku dari individu-individu yang bersangkutan, seperti kepercayaan dan toleransi, kepedulian, penerapan hukum serta sikap keterbukaan.

2.7.7    Kepercayaan dan Toleransi
Kepercayaan berarti kita bisa mempercayai orang lain dan sebaliknya, kita bisa di percaya. Terhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan budaya dalam menghadapi hubungan keanekaragaman dan perubahan kebudayaan di masyarakat, dibutuhkan sikap yang kritis, disertai toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan-perbedaan tersebut. Berikut ini adalah beberapa sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat yang beranekaragam, yaitu : ((kata siapa, sumber !)
a.       Mengembangkan sikap saling menghargai (toleransi) terhadap nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda-beda dari angota masyarakat yang kita temui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok agamanya sendiri dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya.
b.      Meninggalkan sikap primodialisme, terutama yang menjurus pada sikap etnosentrisme dan ekstrimisme (berlebih-lebihan).
c.       Menegakkan supremasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan formal harus berlaku pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras, etnik dan agama yang mereka anut.
d.      Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan wawasan berbangsa dan bernegara namun menghindarkan sikap chauvimisme yang akan mengarah pada sikap ekstrim dan menutup diri akan perbedaan kepentingan dengan masyarakat yang berada di negara-negara lain.
e.       Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi, kompromi, dan adjudikasi.
f.       Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi setiap individu terutama para pemegang kekuasaan dan penyelenggara kenegaraan secara formal
Berbicara tentang toleransi dan empati dalam hubungan keragaman dan perubahan kebudayaan, dihadapkan pada dua permasalahan: Pertama, bagaimana membangun kembali semangat “saling percaya” dalam interaksi antarkomunitas atau kelompok sosial setelah berlangsungnya konflik-konflik komunal yang menggunakan sentimen suku bangsa atau etnis, agama, ras, politik, dan ekonomi di berbagai daerah. Kedua, bagaimana komunitas atau kelompok sosial dapat hidup berdampingan dengan diversitas budaya atau komunitas subkultur yang berbeda, seperti budaya kosmopolitarisme, globalisme, budaya popular, budaya etnik, dan budaya lokal yang dilahirkan oleh masyarakat multikukural. Permasalahan tersebut sangat relevan dengan semakin kuatnya penggunaan politik identitas dalam berbagai konflik komunal di masa transisi seperti terjadi dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Adapun di antara sikap toleransi dan empati sosial terhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan kebudayaan diwujudkan dalam perilaku berikut ini. (kata siapa, sumber !)
a.       Pengembangan sikap kepedulian terhadap sesuatu yang berbeda
Sebagai masyarakat yang multikultural adalah sikap kepedulian terhadap budaya ataupun kelompok lain yang berbeda perlu di kembangan dan di sosialisasikan sejak dini kepada generasai penerus bangsa, agar tercipta kepekaan sosial dan kerja sama yang saling menguntungkan di antara berbagai kelompok yang memiliki latar belakang etis, agama, budaya, dan adat-adat yang berbeda.
b.      Adanya penerapan hukum yang konsekwen dan konsisten
Salah satu kunci keberhasilan penerapan idiologi multikulturalisme adalah penerapan hukum yang baik. Untuk menerapakan hukum yang  konsekwen dan konsisten serta membutuhkan orang-orang yang jujur dan adil sehingga tidak memihak salah satu golongan atau kelompok.
c.       Mengembangkan sikap keterbukaan
Fudamentalisme pada dasarnya memutlakan pendapaat seseorang mengenai kebenaran, ediologi atau agama yang di anut, melalui bidang pendidikan, generasai muda harus lebih mengenal berbagai kebudayaan yang masi hidup di tanah air. Memberi kesempataan untuk mrngembangkan apresiasi dan toleransi dalam rangka terjadinya cross culture (lintas budaya) di lingkungan generasi muda. Contoh yang bisa kita ambil adalah gerakan pramuka dalam suatu jambore internasionlataupun pertukaran pelajar.















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian sehingga membentuk kelompok-kelompok sosial. Setiap kelompok sosial yang ada memiliki kehidupan sosia budaya yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas (karakter) masing-masing anggota masyarakat. Kelompok Sosial pad Masyarakat Multikultural
2.      Suku bangsa ditentukan oleh adanya kesadaran kelompok, pengakuan akan kesatuan kebudayaan, dan juga persamaan asal-usul.
3.      Terdapat beberapa penggolongan kelompok sosial yaknik berdasarkan keteraturan kelompok dan ketidakteraturan kelompok
4.      Ciri-ciri masyarakat Multikultural ialah adanyanya keanekaragaman suku bangsa, agama, dan adat istiadat , adanya keanekaragaman budaya, adanya keanekaragaman agama daerah, adanya keanekaragaman sosial-ekonomi.
5.      Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya masyarakat multikultural yakni,1) keadaan geografis, 2) Pengaruh Budaya Asing, 3) Kondisi iklim yang berbeda, 4) dan Integrasi nasional yang berasal dari kelompok suku bangsa yang beranekaragam.

3.2  Saran
Kita sebagai manusia tidak mungkin hidup tanpa orang lain, oleh karena itu kita harus saling berhubungan dengan orang lain. Masyarakat memiliki unsur-unsur sosial seperti kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga sosial, kebudayaan, kekuasaan, dan stratifikasi. Unsur-unsur sosial dalam masyarakat senantiasa berkembang dan berubah. Masing-masing unsur tersebut sifat dan perkembangannya berbeda-beda karena mengalami perubahan akibat pengaruh lingkungan. Interaksi antar satu individu dengan individu yang lain akan menimbulkan perubahan sosial budaya. Oleh karena itu, sebagai manusia sudah sepatutnya kita mendekatkan diri dengan kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat, agar kelompok sosial yang ada di masyarakat semakin erat dan utuh, walaupun telah terjadi perubahan sosial budaya.

























Craft.factoryID

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Manual Categories