MYANMAR
1.
Kapan pertama sekali Indonesia berhubungan dengan Negara
Myanmar
Hubungan Indonesia dengan Myanmar merupakan hubungan
asing antara Indonesia dengan Myanmar. Hubungan diplomatik terbentuk pada 27
Desember 1949. Indonesia memiliki duta besar di Yangon, sedangkan Myanmar punya
duta besar di Jakarta.
2.
Kerjasama Indonesia di bidang:
a.
Perdagangan
Ekspor Indonesia ke
Myanmar meliputi kertas dan produk dari kertas, minyak sawit, besi dan baja,
tembakau dan karet. Sementara itu, impor Indonesia dari Myanmar meliputi tepung
kanji, kayu, kacang-kacangan, soda, ikan dan sayur-mayur. Myanmar menunjukkan
keinginannya mengimpor pupuk maupun semen dan mengundang para investor
Indonesia demi menginvestasi maupun membuka bisnis di Myanmar. Jumlah nilai
dagang Indonesia-Myanmar per Juni 2008 ditotal sejumlah US$159 miliar.
Indonesia juga setuju
menginvestasi pada sektor tenaga listrik dan konstruksi Myanmar. Produser semen
terbesar, PT Semen Indonesia, setuju menginvestasikan US$200 juta dalam
bangunan produksi semen di Myanmar yang akan dibangun pada awal 2014. Dalam masa kunjungan dia pada April 2013,
Presiden Yudhoyono berjanji akan meningkatkan kerjasama ekonomi sejalan dengan
reformasi Myanmar, juga berjanji mendorong firma-firma umum maupun pribadi
Indonesia berinvestasi di Myanmar, juga menetapkan volume sasaran perdagangan
sejumlah $1 miliar pada 2014. Indonesia dan Myanmar sama-sama meningkatkan volume
perdagangan kedua negara. Volume perdagangan diperkirakan mencapai $1 miliar
pada 2016. Indonesia telah menawarkan
membeli 300 ribu ton beras dari Myanmar.
b.
Pertanian
NYA PYI TAW – Indonesia
dan Myanmar sepakat untuk dan meningkatkan kerja sama dalam bidang pertanian.
Untuk itu nota kesepahaman antar kedua negara yang sudah ditandatangani sejak
2002 perlu diperbarui, karena nantiya akan menjadi payung hukum bagi kerjasama
tersebut.
Kesepakatan itu
merupakan hasil pertemuan bilateral Menteri Pertanian, Suswono dengan Menteri
Pertanian dan Irigasi Myanmar U Myint Hlaing, Selasa (23/9) malam di Nya Pyi
Taw, Myanmar. Keduanya bertemu di sela-sela acara ASEAN Ministerial Meeting on
Agriculture and Forestry (AMAF) ke-36.
Baik Indonesia maupun
Myanmar memandang penting kerjasama pertanian antar kedua negara untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas pertanian di kedua negara. Apalagi saat
ini Myanmar telah ditunjuk menjadi pimpinan AMAF untuk satu tahun ke depan.
c.
Pertambangan
Organisasi untuk Kerja
Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengingatkan agar pengelolaan bisnis
pertambangan Myanmar dan Indonesia harus lebih baik untuk bisa bersaing di
Pasar Bebas ASEAN 2015. Catatan itu mengemuka dalam hasil riset OECD bertajuk
Economic Outlook for Sutheast Asia, China, and India. Hasil riset itu dirilis
di Bali pada Desember silam. Lembaga itu mengatakan kedua negara harus mampu
mengembangkan industri pertambangan berikut hasil olahannya untuk mampu
berperan lebih banyak di kawasan regional.
Sementara itu, catatan
menunjukkan kalau pada 12 Januari 2014, pemerintah Indonesia bakal
memberlakukan Undang-undang (UU) Nomor 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Minerba). Poin penting dalam beleid itu adalah pelarangan ekspor
mineral mentah.
d.
Ketenagakerjaan
Indonesia dan Myanmar
juga memiliki kesepakatan dalam bidang energi yang diwakili oleh Departemen
Luar Negeri kedua negara.masalah hoetherma, kerjasama yang lain dalam hal
perikanan,pertanian,kehutanan,pendidikan,dan, kebudayaan dalam rencana jangka
panjang.Adapun kerja sama ini akan tetap diperluas seiring berjalannya
pemerintahan.
e.
Peternakan
Seperti halnya negara
berkembang lainnya, menurut Win Myint, ekspor utama Myanmar sebagian besar
adalah dari sektor pertanian, sedangkan impor terutama barang-barang
manufaktur. Dikemukakannya bahwa sektor-sektor andalan Myanmar saat ini adalah
migas, manufaktur, hotel dan pariwisata, real estate dan pertambangan.
Sektor-sektor investasi yang terbuka bagi asing antara lain sektor kehutanan,
migas, pertambangan, manufaktur, real estate, peternakan dan perikanan,
transportasi dan komunikasi, konstruksi dan jasa. Untuk meningkatkan nilai
investasi asing ke Myanmar, U Win Myint mengajak pengusaha Indonesia menjajaki
kemungkinan hubungan dagang sekaligus menanamkan modalnya di Myanmar.
f.
Perindustrian
Duta Besar Indonesia
untuk Myanmar, Ito Sumardi, menjelaskan, peluang kerja sama kedua negara akan
semakin terbuka dengan mempertemukan para pengusaha Indonesia dengan pengusaha
Myanmar. Keyakinan tersebut muncul pascarangkaian acara "Business
Matching", yang dilakukan dalam rangka perayaan 65 tahun hubungan
bilateral Indonesia Myanmar, di Yangon, Myanmar.
Kegiatan itu dihadiri
Vice President Badan Penanaman Investasi Myanmar, Zaw Min Win, 100 pengusaha
Myanmar yang berasal dari 58 perusahaan. Perwakilan dari Indonesia adalah
sejumlah perusahaan BUMN, sekitar 15 perusahaan Indonesia, baik yang
berdomisili di Myanmar maupun yang datang langsung dari Indonesia. "Kegiatan
ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kerja sama kedua negara di bidang
ekonomi, terutama perdagangan dan investasi,
g.
Pendidikan
Indonesia dan Myanmar
sepakat dalam bidang energi yang diwakili oleh Departemen Luar Negeri kedua
negara.masalah hoetherma, kerjasama yang lain dalam hal
perikanan,pertanian,kehutanan,pendidikan,dan, kebudayaan dalam rencana jangka
panjang.
h.
Sosial-Budaya
Negeri kedua negara.masalah hoetherma,
kerjasama yang lain dalam hal perikanan,pertanian,kehutanan,pendidikan,dan,
kebudayaan dalam rencana jangka panjang.
i.
Kesehatan
Pihak Myanmar sendiri,
kata Dino, meminta agar investasi pengusaha asal Indonesia di negara tersebut
juga ditingkatkan. Peningkatan peluang usaha dan kerjasama ekonomi juga akan
diarahkan pada sektor kerjasama energi, pertambangan dan pertanian,
transportasi, Informasi Teknologi, kesehatan dan turisme.
Khusus untuk bidang
turisme, Indonesia menggagas adanya kerjasama pariwisata antara Indonesia,
Myanmar, Laos dan Vietnam dengan ciri khas kebudayaan yang sama. "Sedang
dijajaki adanya hubungan penerbangan antara Myanmar dan Indonesia," kata
Dino.
3.
Konflik Indonesia-Myanmar
Indonesia melalui Menteri Luar Neger Retno Marsudi
melakukan upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan di Myanmar. Hasilnya,
memang belum kentara mengingat konflik kemanusiaan terus berlangsung.
Indonesia menawarkan solusi kepada Myanmar untuk
menghentikan kekerasan terhadap kelompok Rohingya di Rakhine State. Saat
bertemu dengan Konselor Negara Republik Persatuan Myanmar Aung San Suu Kyi di
Nay Pyi Daw, Indonesia menawarkan Formula 4+1.
Empat elemen dimaksud adalah mengembalikan
stabilitas dan keamanan, menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan
kekerasan, perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine tanpa
memandang suku dan agama, dan pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan
kemanusiaan.
0 comments:
Post a Comment