TANAMAN OBAT
Jamu,
Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka Cara mengenali, memilih, dan
mengonsumsi agar aman dan efektif Herba sudah naik kelas! Mau bukti?
Mampirlah ke apotek. Di sana, Anda bisa menemukan berbagai jenis produk herbal
yang tidak “bau jamu” lagi, bahkan dikemas apik seperti obat farmasi. Lebih
menariknya lagi, yang naik kelas bukan hanya penampilannya saja. Status mereka
juga sudah lebih jelas, digolongkan ke dalam kelompok jamu, herbal terstandar,
serta fitofarmaka. Namun, selain disambut gembira, ternyata perbedaan
status ini juga membuat sebagian orang bertanya-tanya. Karena tidak bisa
dipungkiri, jika pengertian jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka, memang
belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat awam.
Supaya lebih
berkualitas
Menurut
Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, Guru Besar Farmasi Universitas Indonesia,
pemberian kategori produk herbal menjadi jamu, herbal terstandar, dan
fitofarmaka, sesungguhnya lebih bertujuan merangsang industri obat tradisional
untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk herba yang beredar di pasaran.
Dengan demikian, diharapkan efektivitas dan keamanannya bisa lebih
dipertanggungjawabkan. Perlu diketahui, Indonesia memiliki 30.000 dari
40.000 spesies tumbuhan yang ada di muka bumi. Sebagian dari tumbuhan tadi
sudah dimanfaatkan secara turun-temurun dalam pengobatan tradisional, namun
cara menggunakannya belum memiliki standar yang resmi. Akibatnya,
industri sudah merasa cukup puas dengan bukti-bukti empiris yang ada, dan bebas
memasarkan produknya tanpa harus melalui uji ilmiah. Kondisi ini berisiko
tinggi bagi kesehatan, karena masyarakat menjadi “buta” dengan kualitas produk
herba yang dikonsumsi.
Berdasarkan status pengujian
Pada
prinsipnya, obat tradisional yang bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan asli
Indonesia (produk herba) disebut jamu. Seiring dengan perkembangan teknologi,
berbagai penelitian mengenai jamu pun dilakukan. Penelitian tersebut bertujuan
untuk menguji khasiat, efektivitas, dan keamanan jamu yang beredar di pasaran.
Sesuai status pengujiannya, jamu dapat digolongkan menjadi 3 kelompok :
1.
Jamu
Obat
Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan dari bahan – bahan
tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
Jamu disajikan secara tradisional
dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan. Satu jenis jamu dapat terdiri
dari 5 – 10 tanaman obat. Jamu tidak melewati pembuktian ilmiah tetapi hanya
berdasarkan bukti empiris, walaupun begitu jamu yang pada umumnya diproduksi
harus memenuhi persyaratan yang sama, yaitu aman, berkhasiat, bermanfaat, dan
bermutu baik.
Seiring dengan banyaknya jamu yang
beredar di pasaran, sebagai konsumen kita harus selektif dalam memilih jamu
yang akan dikonsumsi agar sesuai dengan efek yang kita harapkan. Untuk itu,
sebaiknya selalu cek jamu yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Badan
POM, yang paling mudah diketahui adalah label dalam kemasan.
Inilah produk herba yang diwariskan
oleh nenek moyang kita. Di pasaran, kita bisa menjumpainya dalam bentuk rebusan
atau godhogan sebagaimana dijajakan para penjual jamu gendong, herba kering
siap seduh, juga dalam bentuk segar. Demi alasan kepraktisan, kini jamu juga
diproduksi dalam bentuk bubuk, kapsul, pil, dan kemasan cair siap minum.
Pada umumnya, jamu dalam kelompok ini diracik berdasarkan resep peninggalan
leluhur, dan belum diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal
secara empiris (berdasarkan pengalaman turun temurun).
Daftar Nama Obat Fitofarmaka
1. Diabmeneer Nyonya Meneer – Fitofarmaka Diabetes (Kencing Manis)
mengandung ekstrak momordica fructis yang membantu mengurangi konsentrasi gula
darah.
2. Stimuno Dexa Medica – Fitofarmaka Modulator Imun
(Imunomodulator); ekstrak Phylanthus niruri atau meniran di dalamnya berkhasiat
merangsang tubuh lebih banyak memproduksi lebih banyak antibodi dan
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar bekerja optimal.
3. Tensigard Phapros – Fitofarmaka Hipertensi (Darah Tinggi);
ekstrak apii herba dan ekstrak orthosiphonis berkhasiat untuk menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik.
4. Rheumaneer Nyonya Meneer – Fitofarmaka Rematik; mengandung
ekstrak Curcumae Rhizoma yang berkhasiat melancarkan peredaran darah,
menghilangkan nyeri dan kaku sendi, menghangatkan, dan menyegarkan badan.
5. X-Gra Phapros – Fitofarmaka Lemah Syahwat (Impoten
Aphrodisiaka); terbuat dari ekstrak ginseng, royal jelly, ekstrak ganoderma,
dan lainnya. Obat ini berkhasiat meningkatkan stamina pria dan membantu
mengatasi disfungsi ereksi serta ejakulasi dini.
6. Nodiar Kimia Farma – Fitofarmaka Diare (Mencret); yang terbuat
dari ekstrak apel dan rimpang kurkuma. Kandungan attapulgite dan pectin di
dalamnya diklaim dapat mengabsorpsi virus, bakteri, gas, dan toksin yang
terdapat dalam usus
2.
Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat
herbal terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil
ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang, maupun
mineral. Berbeda dengan jamu, OHT telah diteliti khasiat dan keamanannya
melalui beberapa uji pra klinis. Uji tersebut adalah uji penerapan standar
kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, uji higenitas, serta uji toksisitas.
Dalam proses pembuatan OHT, dibutuhkan peralatan yang tidak sesederhana dalam
pembuatan jamu serta tenaga kerja-nya harus benar – benar menguasai Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB).
Salah
satu contoh OHT yang banyak beredar di pasaran adalah Sirup Herbal Antangin Jrg
yang diproduksi oleh PT Deltomed Lab yang komposisinya terdiri dari beberapa
ekstrak tanaman seperti Zingiberis rhizoma (jahe), Panax gingseng, Blumeae folium dan ekstrak tanaman yang lain
Sedikit berbeda dengan jamu, herba
terstandar umumnya sudah mengalami pemrosesan, misalnya berupa ekstrak dalam
kapsul. Herba yang diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan keamanannya
melalui uji pra-klinis (terhadap hewan) di laboratorium. Disebut herba
terstandar, karena dalam proses pembuatannya telah diterapkan standar kandungan
bahan, cara pengolahan, higienitas, serta uji toksisitas (untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan racun dalam herba tersebut). Jadi, unsur-unsur di dalamnya
sudah mengalami standarisasi. Di pasaran, produk herbal yang berstatus
herbal terstandar jumlahnya ada 17 macam. Cara mengenalinya cukup mudah, yaitu
dengan melihat logo yang umumnya tercetak pada sebelah kiri atas kemasan.
Herbal terstandar memiliki simbol tiga tanda bintang yang berada di dalam
lingkaran hijau muda, dan berlatar belakang warna kuning
cerah.
Obat tradisional dari penyarian atau ekstrak
bahan alam yang berupa mineral, binatang, maupun tanaman obat yang diproduksi
dengan teknologi maju serta pembuktian ilmiah berupa uji toksisitas akut maupun
kronis, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, standar pembuatan
ekstrak tanaman obat, dan standar kandungan bahan berkhasiat.
|
Daftar Obat Herbal Terstandar
1 1. Diabmeneer
2. Virugon
3. Diapet
4. Stop Diar Plus
5. Fitogaster
6. Sanggolangit
7. Fitolac
8. Sehat Tubuh
9. Glucogarp
10. Reumakeur
3.
Fitofarmaka
Merupakan jamu dengan “kasta” tertinggi
karena khasiat, keamanan, serta standar proses pembuatan dan bahannya telah
diuji secara klinis (pada manusia). Hal itu membuat fitofarmaka dianggap
sebagai produk herba yang sudah jelas bukti-bukti ilmiahnya sehingga
berkedudukan sejajar seperti obat kimia dan bisa diresepkan oleh dokter.
Meskipun begitu, fitofarmaka dijual secara bebas dan bisa dibeli tanpa resep
dokter. Ciri fitofarmaka, pada kemasan terdapat simbol gambar mirip akar yang
berada dalam lingkaran hijau muda, berlatar belakang warna kuning cerah.
Hingga saat ini, jenis produk herba berstatus fitofarmaka di Indonesia baru 5
macam, yaitu Nodia (untuk diare non-spesifik), Rheumaneer (untuk nyeri sendi),
Stimuno (untuk meningkatkan kekebalan tubuh), Tensigard (untuk tekanan darah
tinggi), dan X-Gra (untuk gangguan ereksi). Menurut Prof Sumali, keterbatasan
jumlah fitofarmaka ini disebabkan oleh biaya uji klinis dan uji khasiat yang
sangat mahal dan memerlukan waktu cukup lama.
Fitofarmaka adalah sediaan obat
bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan
diuji praklinis dengan hewan percobaan dan telah melalui uji klinis pada
manusia serta bahan baku dan produknya telah terstandardisasi.
Fitofarmaka
merupakan obat yang biasa disejajarkan dengan obat modern selain itu
fitofarmaka juga mulai direkomendasikan oleh dokter karena perkiraan manfaatnya
terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang
menguntungkan pasien, hal ini dapat dibuktikan karena fitofarmaka dalam
produksinya telah beberapa uji, yakni :
§ Uji
toksisitas : untuk mengetahui ada tidaknya efek yang beracun dalam zat
berkhasiat
§ Uji
Farmakologik eksperimental : pengujian pada hewan percobaan untuk memastikan
khasiat fitofarmaka
§ Uji
klinik fitofarmaka : pengujian pada manusia untuk mengetahui atau memastikan
adanya efek farmakologik, tolerabilitas, keamanan, dan manfaat klinik untuk
pengobatan atau pencegahan gejala penyakit.
Salah satu contoh
fitofarmaka yang populer adalah Stimuno yang diproduksi oleh PT Ferron Par
Pharmaceuticals. Stimuno terdaftar sebagai fitofarmaka kerena dibuat dari
ekstrak Meniran Phyllanthus niruri sebagai imunomodulator
(memperbaiki sistem imun) yang telah terstandardisasi dan telah melalui uji pre
klinik dan uji klinik.
Hampir
sama dengan jamu dan OHT, Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses dan tanda
aman. Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam.
Stilisasi jari – jari daun yang membentuk bintang melambangkan serangkaian proses
yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka.
Perbedaan
Antara Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka
Perbedaan
|
Jamu
|
Obat
Herbal Terstandar
|
Fitofarmaka
|
Bahan
baku terstandarisasi
|
Tidak
|
Ya
|
Ya
|
Klaim
Khasiat dan uji klinik
|
Bukti
empirik
(berdasarkan
pengalaman)
|
Bukti
empirik
dan
bukti pra klinik
|
Bukti
pra klinik, bukti klinik (melewati tahapan uji klinis)
|
Kode
Registrasi BPOM
|
TR
|
TR
|
FF
|
CPOTB
|
ya
|
ya
|
Ya
|
Obat
herbal yang merupakan bahan atau ramuan bahan yang secara tradisional telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
1. Jamu tradisional Asam Urat Cap
Madu Klanceng cairan obat
2. Jamu Jawa Dwipa Cap Tawon
Klanceng cairan obat dalam
3. Ekstrak kapsul sumber syariat
cap kuda liar
4. Jamu tradisional Jaya Prima
Gemuk Sehat A1
5. Obat kuat tahan lama pusaka
madu ekstra strong
Daftar obat tradisional
1. Air Mancur,
2. Sido Muncul,
3. Nyonya Meneer.
4. Buah Naga merah kapsul
5. Sari Pinang serbuk
6. Akar ginseng serbuk
7. Jamu tradisional Wali Songo kapsul
8. Jamu Amat Kwat cairan obat dalam
9. Jamu Gali-gali cairan obat dalam
10. Asam urat jamur mas cairan obat dalam
11. Pegal linu Mahkota Dewa cairan obat dalam
Belum tentu lebih
manjur
Meskipun sudah memiliki “kasta” sendiri-sendiri, Prof Sumali menilai, pada
prinsipnya jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka memiliki aturan pakai dan
khasiat yang relatif sama. Hanya saja, tidak seperti herbal terstandar dan
fitofarmaka, dosis jamu belum distandarisasi. Produk yang statusnya lebih
tinggi juga belum tentu lebih manjur, karena efektivitas herba bergantung pada
jenis penyakit dan kondisi yang bersangkutan. Jadi, prinsip yang perlu
ditanamkan dalam memilih dan mengonsumsi produk herba – apa pun statusnya -
adalah mengenali kondisi tubuh terlebih dahulu. Jenis produk yang tepat bisa
ditentukan kemudian, bergantung pada diagnosa dan kebutuhan tubuh kita.(N)
1 comments:
website saya
website saya
website saya
website saya
Post a Comment