Tuesday, 26 September 2017

TANAMAN OBAT

TANAMAN OBAT

Jamu, Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka  Cara mengenali, memilih, dan mengonsumsi agar aman dan efektif  Herba sudah naik kelas! Mau bukti? Mampirlah ke apotek. Di sana, Anda bisa menemukan berbagai jenis produk herbal yang tidak “bau jamu” lagi, bahkan dikemas apik seperti obat farmasi. Lebih menariknya lagi, yang naik kelas bukan hanya penampilannya saja. Status mereka juga sudah lebih jelas, digolongkan ke dalam kelompok jamu, herbal terstandar, serta fitofarmaka.  Namun, selain disambut gembira, ternyata perbedaan status ini juga membuat sebagian orang bertanya-tanya. Karena tidak bisa dipungkiri, jika pengertian jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka, memang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat awam.   


 Supaya lebih berkualitas  
Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, Guru Besar Farmasi Universitas Indonesia, pemberian kategori produk herbal menjadi jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka, sesungguhnya lebih bertujuan merangsang industri obat tradisional untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk herba yang beredar di pasaran. Dengan demikian, diharapkan efektivitas dan keamanannya bisa lebih dipertanggungjawabkan.  Perlu diketahui, Indonesia memiliki 30.000 dari 40.000 spesies tumbuhan yang ada di muka bumi. Sebagian dari tumbuhan tadi sudah dimanfaatkan secara turun-temurun dalam pengobatan tradisional, namun cara menggunakannya belum memiliki standar yang resmi.  Akibatnya, industri sudah merasa cukup puas dengan bukti-bukti empiris yang ada, dan bebas memasarkan produknya tanpa harus melalui uji ilmiah. Kondisi ini berisiko tinggi bagi kesehatan, karena masyarakat menjadi “buta” dengan kualitas produk herba yang dikonsumsi.     


Berdasarkan status pengujian
Pada prinsipnya, obat tradisional yang bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia (produk herba) disebut jamu. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai penelitian mengenai jamu pun dilakukan. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji khasiat, efektivitas, dan keamanan jamu yang beredar di pasaran. Sesuai status pengujiannya, jamu dapat digolongkan menjadi 3 kelompok :       
1.        Jamu  

      Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan dari bahan – bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan. Satu jenis jamu dapat terdiri dari 5 – 10 tanaman obat. Jamu tidak melewati pembuktian ilmiah tetapi hanya berdasarkan bukti empiris, walaupun begitu jamu yang pada umumnya diproduksi harus memenuhi persyaratan yang sama, yaitu aman, berkhasiat, bermanfaat, dan bermutu baik.
Seiring dengan banyaknya jamu yang beredar di pasaran, sebagai konsumen kita harus selektif dalam memilih jamu yang akan dikonsumsi agar sesuai dengan efek yang kita harapkan. Untuk itu, sebaiknya selalu cek jamu yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Badan POM, yang paling mudah diketahui adalah label dalam kemasan.
    Inilah produk herba yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Di pasaran, kita bisa menjumpainya dalam bentuk rebusan atau godhogan sebagaimana dijajakan para penjual jamu gendong, herba kering siap seduh, juga dalam bentuk segar. Demi alasan kepraktisan, kini jamu juga diproduksi dalam bentuk bubuk, kapsul, pil, dan kemasan cair siap minum.  Pada umumnya, jamu dalam kelompok ini diracik berdasarkan resep peninggalan leluhur, dan belum diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal secara empiris (berdasarkan pengalaman turun temurun).

 Daftar Nama Obat Fitofarmaka
1.      Diabmeneer Nyonya Meneer – Fitofarmaka Diabetes (Kencing Manis) mengandung ekstrak momordica fructis yang membantu mengurangi konsentrasi gula darah.
2.      Stimuno Dexa Medica – Fitofarmaka Modulator Imun (Imunomodulator); ekstrak Phylanthus niruri atau meniran di dalamnya berkhasiat merangsang tubuh lebih banyak memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar bekerja optimal.
3.       Tensigard Phapros – Fitofarmaka Hipertensi (Darah Tinggi); ekstrak apii herba dan ekstrak orthosiphonis berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik.
4.       Rheumaneer Nyonya Meneer – Fitofarmaka Rematik; mengandung ekstrak Curcumae Rhizoma yang berkhasiat melancarkan peredaran darah, menghilangkan nyeri dan kaku sendi, menghangatkan, dan menyegarkan badan.
5.       X-Gra Phapros – Fitofarmaka Lemah Syahwat (Impoten Aphrodisiaka); terbuat dari ekstrak ginseng, royal jelly, ekstrak ganoderma, dan lainnya. Obat ini berkhasiat meningkatkan stamina pria dan membantu mengatasi disfungsi ereksi serta ejakulasi dini.
6.      Nodiar Kimia Farma – Fitofarmaka Diare (Mencret); yang terbuat dari ekstrak apel dan rimpang kurkuma. Kandungan attapulgite dan pectin di dalamnya diklaim dapat mengabsorpsi virus, bakteri, gas, dan toksin yang terdapat dalam usus



2.        Obat Herbal Terstandar (OHT)

      Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral. Berbeda dengan jamu, OHT telah diteliti khasiat dan keamanannya melalui beberapa uji pra klinis. Uji tersebut adalah uji penerapan standar kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, uji higenitas, serta uji toksisitas. Dalam proses pembuatan OHT, dibutuhkan peralatan yang tidak sesederhana dalam pembuatan jamu serta tenaga kerja-nya harus benar – benar menguasai Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB).
Salah satu contoh OHT yang banyak beredar di pasaran adalah Sirup Herbal Antangin Jrg yang diproduksi oleh PT Deltomed Lab yang komposisinya terdiri dari beberapa ekstrak tanaman seperti Zingiberis rhizoma (jahe), Panax gingseng, Blumeae folium dan ekstrak tanaman yang lain
     Sedikit berbeda dengan jamu, herba terstandar umumnya sudah mengalami pemrosesan, misalnya berupa ekstrak dalam kapsul. Herba yang diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji pra-klinis (terhadap hewan) di laboratorium.  Disebut herba terstandar, karena dalam proses pembuatannya telah diterapkan standar kandungan bahan, cara pengolahan, higienitas, serta uji toksisitas (untuk mengetahui ada tidaknya kandungan racun dalam herba tersebut). Jadi, unsur-unsur di dalamnya sudah mengalami standarisasi.  Di pasaran, produk herbal yang berstatus herbal terstandar jumlahnya ada 17 macam. Cara mengenalinya cukup mudah, yaitu dengan melihat logo yang umumnya tercetak pada sebelah kiri atas kemasan. Herbal terstandar memiliki simbol tiga tanda bintang yang berada di dalam lingkaran hijau muda, dan berlatar belakang warna kuning cerah.    
 Obat tradisional dari penyarian atau ekstrak bahan alam yang berupa mineral, binatang, maupun tanaman obat yang diproduksi dengan teknologi maju serta pembuktian ilmiah berupa uji toksisitas akut maupun kronis, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, dan standar kandungan bahan berkhasiat.

11.  Hi Stimuno
12.  Prisidii
13.  Irex Max
14.  Lelap
15.  Kiranti Pegal Linu
16.  Kuat Segar
17.  Kiranti Sehat Datang Bulan

Daftar Obat Herbal Terstandar 
1 1.    Diabmeneer
2.      Virugon
3.      Diapet
4.      Stop Diar Plus
5.      Fitogaster
6.      Sanggolangit
7.      Fitolac         
8.      Sehat Tubuh
9.      Glucogarp
10.  Reumakeur


3.        Fitofarmaka  
    Merupakan jamu dengan “kasta” tertinggi karena khasiat, keamanan, serta standar proses pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis (pada manusia).  Hal itu membuat fitofarmaka dianggap sebagai produk herba yang sudah jelas bukti-bukti ilmiahnya sehingga berkedudukan sejajar seperti obat kimia dan bisa diresepkan oleh dokter. Meskipun begitu, fitofarmaka dijual secara bebas dan bisa dibeli tanpa resep dokter. Ciri fitofarmaka, pada kemasan terdapat simbol gambar mirip akar yang berada dalam lingkaran hijau muda, berlatar belakang warna kuning cerah.  Hingga saat ini, jenis produk herba berstatus fitofarmaka di Indonesia baru 5 macam, yaitu Nodia (untuk diare non-spesifik), Rheumaneer (untuk nyeri sendi), Stimuno (untuk meningkatkan kekebalan tubuh), Tensigard (untuk tekanan darah tinggi), dan X-Gra (untuk gangguan ereksi). Menurut Prof Sumali, keterbatasan jumlah fitofarmaka ini disebabkan oleh biaya uji klinis dan uji khasiat yang sangat mahal dan memerlukan waktu cukup lama. 
 Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan diuji praklinis dengan hewan percobaan dan telah melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku dan produknya telah terstandardisasi.
Fitofarmaka merupakan obat yang biasa disejajarkan dengan obat modern selain itu fitofarmaka juga mulai direkomendasikan oleh dokter karena perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan pasien, hal ini dapat dibuktikan karena fitofarmaka dalam produksinya telah beberapa uji, yakni :
§  Uji toksisitas : untuk mengetahui ada tidaknya efek yang beracun dalam zat berkhasiat
§  Uji Farmakologik eksperimental : pengujian pada hewan percobaan untuk memastikan khasiat fitofarmaka
§  Uji klinik fitofarmaka : pengujian pada manusia untuk mengetahui atau memastikan adanya efek farmakologik, tolerabilitas, keamanan, dan manfaat klinik untuk pengobatan atau pencegahan gejala penyakit.
Salah satu contoh fitofarmaka yang populer adalah Stimuno yang diproduksi oleh PT Ferron Par Pharmaceuticals. Stimuno terdaftar sebagai fitofarmaka kerena dibuat dari ekstrak Meniran Phyllanthus niruri sebagai imunomodulator (memperbaiki sistem imun) yang telah terstandardisasi dan telah melalui uji pre klinik dan uji klinik.

Hampir sama dengan jamu dan OHT, Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses dan tanda aman. Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam. Stilisasi jari – jari daun yang membentuk bintang melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka.
Perbedaan Antara Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka
Perbedaan
Jamu
Obat Herbal Terstandar
Fitofarmaka
Bahan baku terstandarisasi
Tidak
Ya
Ya
Klaim Khasiat dan uji klinik
Bukti empirik
(berdasarkan pengalaman)
Bukti empirik
dan bukti pra klinik
Bukti pra klinik, bukti klinik (melewati tahapan uji klinis)
Kode Registrasi BPOM
TR
TR
FF
CPOTB
ya
ya
Ya
Obat herbal yang merupakan bahan atau ramuan bahan yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

1.    Jamu tradisional Asam Urat Cap Madu Klanceng cairan obat
2.    Jamu Jawa Dwipa Cap Tawon Klanceng cairan obat dalam
3.    Ekstrak kapsul sumber syariat cap kuda liar
4.    Jamu tradisional Jaya Prima Gemuk Sehat A1
5.    Obat kuat tahan lama pusaka madu ekstra strong

Daftar obat tradisional

1.      Air Mancur,
2.      Sido Muncul,
3.      Nyonya Meneer.
4.      Buah Naga merah kapsul
5.      Sari Pinang serbuk
6.      Akar ginseng serbuk
7.      Jamu tradisional Wali Songo kapsul
8.      Jamu Amat Kwat cairan obat dalam
9.      Jamu Gali-gali cairan obat dalam
10.  Asam urat jamur mas cairan obat dalam
11.  Pegal linu Mahkota Dewa cairan obat dalam

Belum tentu lebih manjur  

           Meskipun sudah memiliki “kasta” sendiri-sendiri, Prof Sumali menilai, pada prinsipnya jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka memiliki aturan pakai dan khasiat yang relatif sama. Hanya saja, tidak seperti herbal terstandar dan fitofarmaka, dosis jamu belum distandarisasi. Produk yang statusnya lebih tinggi juga belum tentu lebih manjur, karena efektivitas herba bergantung pada jenis penyakit dan kondisi yang bersangkutan.  Jadi, prinsip yang perlu ditanamkan dalam memilih dan mengonsumsi produk herba – apa pun statusnya - adalah mengenali kondisi tubuh terlebih dahulu. Jenis produk yang tepat bisa ditentukan kemudian, bergantung pada diagnosa dan kebutuhan tubuh kita.(N)


Fadhillah

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

Manual Categories